ANALISISSTILISTIKA PADA PUISI KEPADA PEMINTA-MINTA KARYA CHAIRIL ANWAR. ANALISIS SEMANTIK PADA PUISI “CINTAKU JAUH DI PULAU” KARYA CHAIRIL ANWAR. 0 31 12 ANALISIS GAYA BAHASA PADA PUISI “AKU” KARYA CHAIRIL ANWAR. 0 4 6 Download (82 Halaman - 698.82KB) ×. Dokumen yang Anda mencari sudah siap untuk unduhkan DEIKSIS p-ISSN 2085-2274, e-ISSN 2502-227X Vol. 09 Januari 2017 hal. 1 - 12 ANALISIS STILISTIKA PADA PUISI KEPADA PEMINTA-MINTA KARYA CHAIRIL ANWAR Arinah Fransori Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia [email protected] Abstrak Karya sastra sebagai kajian dari stilistik yang menggunakan gaya bahasa sastra sebagai media untuk menemukan nilai estetisnya. Stilistika adalah ilmu pemanfaatan bahasa dalam karya sastra. Penggunaan gaya bahasa secara khusus dalam karya sastra yang diciptakan sendiri oleh pengarang. Oleh sebab itu, tujuan analisis puisi ini adalah mendeskripsikan bahasa dan pembentukan kata dengan aplikasi kajian stilistika pada puisi Kepada Peminta-Minta karya Chairil Anwar. Berdasarkan pendekatan stilistika yang dikemukakan sebagai dasar untuk kajian teori yang digunakan dalam analisis. Pendekatan ini mempegaruhi daya cipta dalam sebuah puisi, sebagai contoh puisi Kepada Peminta-Minta karya Chairil Anwar yang dikaji dari struktur pembentukan kata fisik dan unsur jiwa pembangunnya, yaitu struktur batin. Dalam kajian puisi tersebut, menonjolkan berbagai aspek pembentukan kata yang kuat dan tak terduga. Sikap Chairil Anwar yang kritis dalam menampilkan gambaran yang sesungguhnya tentang kehidupan rakyat miskin atau kaum melarat. Hal ini mampu menyampaikan pesan secara tidak langsung kepada pembaca, bagaimana sikap dan perilaku yang seharusnya dilakukan. Berdasarkan hasil analisis terhadap puisi Kepada Peminta-Minta karya Chairil Anwar yang menonjolkan berbagai aspek pembentukan kata yang kuat dan tak terduga. Kemudian dari aspek batin, bagaimana Chairil Anwar yang memiliki sikap ekspresionisme memberikan sajian puisi yang ekspresif. Puisi ini juga menunjukkan sikap sosial dan kenyataan yang terjadi pada masyarakat. Kata-kata kunci analisis stilistika, puisi. Abstract Literature is a study of stylistic literature which use the style of literary language as a medium to find its aesthetic value. Stylistic is the usage of the literature knowledge in literature work. Language style which used in literary works created solely by the author. Therefore, the purpose of analysing this poem is to describe the concept and its application studies on stylistic poetry Kepada Peminta-minta which created by Chairil Anwar. Based on the various approaches put forward as the basis for the review of the theory used in the analysis. It does give creativity influence in a poem, for example a poetry Kepada Peminta-minta created by Chairil Anwar is a review of word stucture and literature soul, namely the inner structure. In the study of poetry, highlighting various aspects of word structure is strongly important and unpredictable. Chairil Anwar has critical attitude in presenting the real picture of the life from the poor or destitute. It is capable of conveying the indirect message to the reader, how attitudes and behaviors that should be done. In this case of literature work especially poetry is attached to the mandate and the principal message. Keys Words stylistic analysis, poetry sastra diciptakan untuk dinikmati dan diapresiasi. Dalam hal ini setiap pengarang memiliki cara dalam mengemukakan gagasan dan gambarannya untuk menghasilkan efek- PENDAHULUAN Latar Belakang Karya sastra merupakan wujud dari hasil pemikiran manusia. Karya 1 DEIKSIS Vol. 09 Januari 2017 1 - 12 efek tertentu bagi pembacanya. Keindahan bahasa dan gaya pembentukan kata seorang pengarang memberikan ekpresi tersendiri dengan kalimatnya. Ekspresi dalam puisi yang memberikan gambaran dan perwakilan perasaan dari sang pengarang. Dengan demikian, Secara menyeluruh kajian stilistik berperan untuk membantu menganalisis dan memberikan gambaran secara lengkap bagaimana nilai keindahan sebuah karya sastra. Karya sastra sebagai kajian dari stilistik menggunakan gaya bahasa sastra sebagai media untuk menemukan nilai estetisnya. Karya sastra tersebut memiliki ciri dan karakteristik tersendiri. Dua jenis karya sastra yaitu puisi dan prosa fiksi. Perbedaan karakteristik karya sastra mengakibatkan perbedaan dalam tahapan pemaknaan dan penafsiran ciri dan penggambarannya. Pengarang memiliki kreativitas masingmasing dan setiap karya yang dihasilkan memperhatikan keterbaruaan karya. Selain itu juga dipengaruhi perkembangan sosial budaya. Misalnya, puisi sebagai objek kajian yang dianalisis. Setiap orang tentunya secara umum memiliki pendapat dan penafsiran terhadap suatu puisi. Perbedaan itu muncul pula pada pemahaman seseorang terhadap puisi, stilistika akan muncul dengan kekhasan bahasa yang digunakan dan akan sangat berbeda dengan penggunaan bahasa sehari-hari. Sastra terbagi atas dua jenis, yaitu sastra lama dan modern. Sastra inilah yang menjadi objek yang diamati dalam penelitian sastra. Kedua sastra ini memiliki karkateristik dan perbedaan dengan kekhasannya. Sastra lama dengan penciptaan dan keindahan bahasanya, dan sastra modern yang menggugah dan penuh ekspresi. Sastra modern sebagai sastra yang diteliti, memiliki keunikan tersendiri. Sastra modern terdiri atas tiga jenis, yaitu puisi, 2 prosa maupun drama. Berdasarkan ketiga jenis sastra modern tersebut, puisilah yang paling sering digunakan dalam penelitian stilistika. Puisi memiliki ciri khas yaitu kepadatan pemakaian bahasa, sehingga paling besar kemungkinannya untuk menampilkan ciri-ciri stilistika. Dibandingkan dengan prosa yang memiliki ciri khas pada cerita alur sedangkan ciri khas drama pada dialog. Pada lingkupnya puisi diciptakan oleh seseorang dengan melukiskan dan mengekspresikan watak-watak yang penting si pengarang, bukan hanya menciptakan keindahan. Dalam penciptaan puisi, misalnya membutuhkan efek-efek emotif yang mempengaruhi karya sastra agar lebih indah dan berkesan. Dengan demikian, untuk memperoleh efek-efek tersebut dapat melalui kebahasaan, paduan bunyi, penggunaan tanda baca, cara penulisan dan lain sebagainya. Dengan kriteria tersebut membantu dalam menganalisis sebuah puisi. Berdasarkan kriteria tersebut dipilih puisi dengan judul Kepada Peminta-minta karya Chairil Anwar untuk dianalisis. Chairil Anwar pula memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan sastra Indonesia secara keseluruhan. Suksesnya karya-karya Chairil Anwar memberikan warna tersendiri terhadap penciptaan karya sastra di Indonesia. Berdasarkan hal tersebut, keberhasilan puisi Chairil Anwar dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, 1 representasi visual melalui komposisi, sususnan baris dan bait, 2 efisiensi bahasa, penggunaan kata-kata secara singkat sederhana, tetapi penuh energi, 3 pembawa aliran baru, sebagai ekspresionisme, 4 kebaruan isi, yaitu nasionalisme, 5 keberhasilannya dalam menggugah emosi pembaca. Dengan demikian, keindahan puisi pada dasarnya membentuk suatu pesan dan gaya bahasa tersendiri memberikan Analisis Stilistika pada Puisi Kepada Peminta-Minta Karya Chairil Anwar Arinah Fransori wujud keindahan karya sastra. Oleh sebab itu, sesuai dengan tujuan analisisnya akan mendeskripsikan bahasa dan pembentukan kata dengan aplikasi kajian stilistika pada puisi Kepada Peminta-Minta Karya Chairil Anwar. KAJIAN PUSTAKA Hakikat Stilistika Stilistika stylistic dapat diterjemahkan sebagai ilmu tentang gaya. Secara etimologis stylistic berhubungan dengan kata style gaya. Stilistika adalah ilmu pemanfaatan bahasa dalam karya sastra. Penggunaan gaya bahasa secara khusus dalam karya sastra. Gaya bahasa yang muncul ketika pengarang mengungkapkan idenya. Gaya bahasa ini merupakan efek seni dan dipengaruhi oleh hati nurani. Melalui gaya bahasa itu seorang penyair mengungkapkan idenya. Pengungkapan ide yang diciptakan melalui keindahan dengan gaya bahasa pengarangnya Endraswara, 2011 72—73. Melalui ide dan pemikirannya pengarang membentuk konsep gagasannya untuk menghasilkan karya sastra. Aminuddin 199768 mengemukakan stilistika adalah wujud dari cara pengarang untuk menggunakan sistem tanda yang sejalan dengan gagasan yang akan disampaikan. Namun yang menjadi perhatian adalah kompleksitas dari kekayaan unsur pembentuk karya sastra yang dijadikan sasaran kajian adalah wujud penggunaan sistem tandanya. Secara sederhana menurut Sudiman dikutip Nurhayati 2008 8 “Stilistika adalah ilmu yang meneliti penggunaan bahasa dan gaya bahasa di dalam karya sastra”. Konsep utamanya adalah penggunaan bahasa dan gaya bahasa. Peranan dari pembentukan kata dan bahasa yang memiliki kekhasan dengan gaya bahasanya. Intinya, untuk melihat bagaimana seorang pengarang mengungkapkan karyanya dengan dasar dan pemikirannya sendiri. Dalam hal ini untuk memahami konsep stilistik secara seksama Nurhayati 2008 7 mengemukakan pada dasarnya stilistika memiliki dua pemahaman dan jalan pemikiran yang berbeda. Pemikiran tersebut menekankan pada aspek gramatikal dengan memberikan contoh-contoh analisis linguistik terhadap karya sastra yang diamati. Selain itu pula, stillistika mempunyai pertalian juga dengan aspekaspek sastra yang menjadi objek penelitiannya adalah wacana sastra. Stilistika secara definitif adalah ilmu yang berkaiatan dengan gaya dan gaya bahasa. Tetapi pada umumnya lebih banyak mengacu pada gaya bahasa. Dalam pengertiannya secara luas stilistika merupakan ilmu tentang gaya, meliputi berbagai cara yang dilakukan dalam kegiatan manusia Ratna, 2011 167. Tujuan Kajian Stilistika Stilistika sebagai salah satu kajian untuk menganalisis karya sastra. Endraswara 2011 72 mengemukakan bahasa sastra memiliki tugas mulia. Bahasa memiliki pesan keindahan dan sekaligus pembawa makna. Tanpa keindahan bahasa, karya sastra menjadi hambar. Keindahan suatu sastra dipengaruhi oleh kemampuan penulis mengolah kata. Keindahan karya sastra juga memberikan bobot penilaian pada karya sastra itu. Selain itu, menurut Sudjiman dikutip Nurhayati 2008 11 mengemukakan titik berat pengkajian stilistik adalah terletak pada penggunaan bahasa dan gaya bahasa suatu sastra, tetapi tujuan utamanya adalah meneliti efek estetika bahasa. Keindahan juga merupakan bagian pengukur dan penentu dari sebuah sastra yang bernilai. 3 DEIKSIS Vol. 09 Januari 2017 1 - 12 METODE PENELITIAN Penelitian stilistika menuju kepada bahasa, dalam hal ini merupakan bahasa yang khas. Menurut Ratna 2009 14 bahasa yang khas bukan pengertian bahwa bahasa dan sastra berbeda dengan bahasa sehari-hari dan bahasa karya ilmiah. Ciri khasnya yaitu pada proses pemilihan dan penyusunan kembali. Hal tersebut merupakan analog dengan kehidupan sehari-hari dan merupakan proses seleksi, manipulasi dan mengombinasikan kata-kata. Bahasa yang memiliki unsur estetis, berbagai fungsi mediasi, dan emonsionalitas. Dalam hal ini kekuatan dalam karya seni adalah kekuatan untuk menciptakan kombinasi baru, bukan objek baru. Dengan demikian, seperti yang telah dikemukan sebelumnya jenis sastra puisilah yang dianggap sebagai objek utama stilistika. Puisi memiliki medium yang terbatas sehingga keterbatasannya sebagai totalitas puisi yang hanya terdiri dari beberapa baris harus mampu menyampaikan pesan sama dengan sebuah cerpen, bahkan juga novel yang terdiri atas banyak jumlah halaman. Berdasarkan objek yang dikemukan di atas metode yang digunakan adalah analisis isi content analysis yang berfokus terhadap isi puisi Chairil Anwar. Selain itu, di amati juga dengan pendekatan dalam stilistika sebagai salah satu pertimbangan dalam pengamatan. Berikut ini beberapa teori dalam pendekatan stilistika. PENDEKATAN DALAM STILISTIKA Melalui stilistika dapat dijabarkan ciri-ciri khusus karya sastra. Berdasarkan hal itu, Wellek, dan Warren 2002 226 menyatakan ada dua kemungkinan pendekatan analisis stilistika dengan cara semacam itu. Yang 4 pertama di analisis secara sistematis tentang sistem linguistik karya sastra, kemudian membahas interprestasi tentang ciri-cirinya dilihat berdasarkan makna total atau makna keseluruhan. Melalui hal ini akan muncul sistem linguistik yang khas dari karya atau sekelompok karya. Pendekatan yang kedua yaitu mempelajari sejumlah ciri khas membedakan sistem satu dengan yang lainnya. Analisis stilistika adalah dengan mengamati deviasi-deviasi seperti pengulangan bunyi, inversi susunan kata, susunan hirarki klausa yang semuanya mempunyai fungsi estetis penekanan, atau membuat kejelasan, atau justru kebalikannya yang membuat makna menjadi tidak jelas. Sejalan dengan pernyataan di atas dalam kajian stilistik dipengaruhi oleh karya sastra dan bentuk pendekatan yang digunakan. Nurhayati 2008 13—20 mengemukakan lima pendekatan yang dapat digunakan yaitu, sebagai berikut Pendekatan Halliday Dalam pendekatan ini Halliday mengilustrasikan bagaimana kategorikategori dan metode-metode linguistik deskriptif dapat diaplikasikan ke dalam analisis teks-teks sastra seperti dalam materi analisis teks yang lainnya. Melalui hal ini, analisis bukan hanya kepada interprestasi atau evaluasi estetika terhadap pesan-pesan sastra yang dianalisisnya. Tetapi hanya kepada deskripsi unsur-unsur bahasa. Dalam kajiannya ia tidak mengungkapkan bagaimana bentuk-bentuk verbal tersebut disusun sehingga berhubungan dengan bentuk lainnya pada hubungan intra-tekstual. Pendekatan Sinclair Pendekatan ini searah dengan teori pendekatan Halliday. Ia menerapkan kategori-kategori deskripsi linguistik Halliday. Sinclair mengemukakan terdapat dua aspek yang berperan Analisis Stilistika pada Puisi Kepada Peminta-Minta Karya Chairil Anwar Arinah Fransori penting dalam pengungkapan pola-pola intratekstual karya sastra. Berikut ini menurut Sinclair dua aspek organisasi linguistik yang berperan penting dalam penngungkapan pola-pola intertekstual dalam karya sastra. Pertama arrest yang terjadi pada pola sintaksis yang dapat diprediksi terhalang atau terpotong unit-unit linguistik lainnya sehingga penyelesaian tertunda. Berikut ini contoh puisinya yaitu, Lambs that lo learn to walk in snow When their bleating coulds the air Meet a vast unwelcome... Pada baris pertama puisi tersebut terdapat frasa nomina Lambs that lo learn to walk in snow + frasa verba meet a vast unwelcome terhalang oleh adverbia “When their bleating coulds the air” jadi pola puisi tersebut terjadi penyelesaian yang tertunda. Kedua realease yang terjadi pada sebuah struktur sintaksis diperluas setelah prediksi-prediksi semua unsur gramatikal terpenuhi. Pada kasus di atas terdapat perluasan unit-unit linguistik terhadap sebuah pola yang keseluruhannya sintaksis. Pendekatan Goeffrey Leech Leech mengemukakn bahwa karya sastra mengandung dimensi-dimensi makna tambahan yang beroperasi pula di dalam wacana lainnya. Leech mengungkapkan tiga gejala ekspresi sastra, yaitu cohesion, foregrounding, dan cohesion of foregrounding. Ketiga gejala ekspresi ini menghadirkan dimensidimensi makna yang berbeda yang tidak tercakup oleh deskripsi linguistik dengan kategori-kategori normalnya. Cohesion merupakan hubungan interatekstual antara unsur gramatikal dengan unsur leksikal yang jalin-menjalin dalam sebuah teks sehingga menjadi sebuah unit wacana yang lengkap. Foregrounding merupakan gejala khas yang hanya terdapat dalam karya sastra. Sedangkan cohesion of foregrounding adalah penyimpangan-penyimpangan dalam teks yang dihubungkan dengan bentuk lain untuk membentuk pola-pola intratekstual. Pendekatan Roman Jakobson Pendekatan ini menggolongkan fungsi puitik bahasa sebagai sebuah penggunaan bahasa yang berpusat kepada bentuk aktual dari pesan itu sendiri. Tulisan sastra tidak seperti bentuk-bentuk lainnya. Dalam tulisan sastra ditemukan pesan yang berpusat pada pesan itu sendiri. Berbeda dengan Leech yang mengemukakan bahwa foregrounding berfokus kepada perhatian pembaca terhadap bentuk aktual pesan yang disampaikan. Jakobson mengungkapkan pandangan bahwa jenis kedua foregrounding yang dikemukan oleh Leech merupakan kriteria esensial fungsi puitik yaitu adanya pembentukan kesejajaran di mana kesejajaran tersebut tidak secara normal terjadi. Jakobson mengacu pada poros bahasa yang disusun yaitu poros sintagmatig atau poros seleksi dan poros paradigmatis atau poros kombinasi. Pendekatan Samuel R. Levin Pendekatan Levin dalam analisis stilistika serupa dengan pendekatan Halliday dan Sinclair yang berpusat pada analisis butir-butir linguistik. Levin juga mengembangkan gagasan kesejajaran yang juga dikemukakan oleh Jakobson. Dalam hal ini kesejajaran tersebut berlaku pada level fonologi, sintaksis, dan semantik yang untuk menghasilkan ciri-ciri struktural yang membedakan antara wacana puisi dengan wacana lainnya. Dua unsur bahasa mempunyai padanan semantik apabila keduanya 5 DEIKSIS Vol. 09 Januari 2017 1 - 12 dihubungkan dengan sistem relasi makna dalam bahasa tersebut dan dianggap memiliki kelas padanan natural yang sama, misalnya sinonim kata ‘happy’ dan ‘gay’ lawan kata seperti ‘happy’ dan ‘sad’ atau hiponim seperti emotiondan sadness. Kata-kata yang terdapat dalam bidang semantik juga termasuk juga anggota kelas padanan yang sama seperti bulan, bintang, laut, waktu dan matahari. Kata-kata tersebut memiliki pertalian semantis. TEORI YANG BERHUBUNGAN DENGAN KAJIAN STILISTIKA Pembentuk utama unsur puisi selain bahasa adalah keindahan. Pada dasarnya kajian stilistika dikemukakan beberapa teori-teori yang berhubungan. Menurut Nurhayati 2008 30—38 teori-teori tersebut digunakan untuk menganalisis bahasa. Teori tersebut adalah sebagai berikut 1. Diksi, pemilihan kata sangat erat kaitannya dengan hakikat puisi yang penuh pemadatan. Oleh karena itu, penyair harus pandai memilih katakata. Penyair harus cermat agar komposisi bunyi rima dan irama memiliki kedudukan yang sesuai dan indah. Selain itu, Tarigan 2011 29 mengemukakan diksi adalah pilihan kata yang digunakan oleh penyair. Pilihan kata yang tepat dapat mencerminkan ruang, waktu, falsafah, amanat, efek, dan nada dalam suatu puisi. 2. Citraan, merupakan penggunaan bahasa untuk menggambarkan objek-objek, tindakan, perasaan, pikiran, ide, pernyataan, pikiran dan setiap pengalaman indera atau pengalaman indera yang istimewa. Dalam hal ini yang dimaksud adalah citraan yang meliputi gambaran angan-angan dan pengguna bahasa yang menggambarkan angan-angan tersebut, sedangkan setiap gambar 6 pikiran disebut citra atau imaji. Secara spesifik Tarigan 2011 31 dalam menciptakan karya penyair berusaha membangkitkan pikiran dan perasaan para penikmat sehingga merekalah yang benar-benar mengalami peristiwa dan perasaan tersebut. Penyair berusaha agar penikmat dapat melihat, merasakan mendengar, dan menyentuh apa yang ia alami dan rasakan. 3. Kata-kata konkret, merupakan kata yang dapat melukiskan dengan tepat, membayangkan dengan jitu apa yang hendak dikemukakan oleh pengarang. Tarigan 2011 32 mengungkapkan salah satu cara membangkitkan daya bayang imajianasi para penikmat puisi adalah menggunakan kata-kata yang tepat, kata yang dapat menyarankan suatu pengertian secara menyeluruh. 4. Bahasa figuratif, untuk memperoleh kepuitisan, penyair menggunakan bahasa figuratif, yaitu bahasa kiasan atau majas. Menurut Endraswara 2011 73 terdapat dua macam bahasa kiasan atau stilistik kiasan, yaitu gaya retorik dan gaya kiasan. Gaya retorik meliputi eufemisme, paradoks, tautologi, polisndeton, dan sebagainya. Sedangkan gaya kiasan amat banyak ragamnya antara lain alegori, personifikasi, simile, sarkasme, dan sebagainya. Menurut Ratna 2011 164 majas figure of speech adalah pilihan kata tertentu sesuai dengan maksud penulis atau pembicara dalam rangka memperoleh aspek keindahan. 5. Rima dan ritma, merupakan pengulangan bunyi dalam puisi. Dengan pengulangan bunyi tersebut, puisi menjadi merdu bila dibaca. Bentuk-bentuk rima yang paling sering muncul adalah aliterasi, asonansi, dan rima akhir. Bunyibunyi yang berulang, pergantian Analisis Stilistika pada Puisi Kepada Peminta-Minta Karya Chairil Anwar Arinah Fransori yang teratur, dan variasi-variasi bunyi menimbulkan suatu gerak yang teratur. Gerak yang teratur tersebut di sebut ritma atau rhythm. Tarigan 2011 35 mengatakan rima dan ritma memiliki pengaruh untuk memperjelas makna puisi. Dalam kepustakaan Indonesia, ritme atau irama adalah turun naiknya suara secara teratur, sedangkan rima adalah persamaan bunyi. Struktur Batin Puisi Struktur batin puisi pula yang menjadi salah satu unsur pembentuk puisi. Struktur batin berperan untuk menjiwai sebuah puisi. Dalam hal ini menurut Nurhayati 200840—43 hakikat puisi terdiri atas beberapa komponen yang membangun sebuah puisi. Unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut 6. Tema sense, merupakan gagasan atau ide pokok dalam suatu kajian puisi. Hal yang menjadi pokok persoalan dalam puisi tersebut. Setiap puisi memiliki pokok persoalan yang hendak di sampaikan kepada pembacanya. Selain itu menurut Tarigan 201110—11 dalam puisi memiliki subject matter yang hendak dikemukakan atau ditonjolkan. Hal ini dapat dipengaruhi oleh pengalamanpengalaman penyair. Makna yang terkandung dalam subject matter adalah sense atau tema dalam puisi tersebut. 7. Perasaan feeling merupakan sikap penyair terhadap pokok persoalan yang terdapat dalam puisinya. Dalam hal ini pada umumnya setiap penyair tentunya akan memiliki pandangan yang berbeda terhadap suatu karya. Menurut Tarigan 2011 12 rasa/felling yaitu merupakan sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang ada pada puisinya. 8. Nada tone, merupakan refleksi sikap penyair terhadap pembacanya, baik suasana hati, dan pandangan moral, dan terkadang muncul pula karakter kepribadian pengarangnya tercemin dalam puisi. Penyair pula menunjukkan sikapnya kepada pembacanya, misalnya dengan sikap menggurui, menyindir atau bersifat lugas. 9. Amanat intention atau tujuan merupakan hal yang mendorong penyair untuk menciptakan suatu puisinya. Dalam hal ini penyair menciptakan puisinya dan tersirat secara tidak langsung muncul melalui di balik tema yang diungkapkan. HASIL DAN PEMBAHASAN ANALISIS STILISTIKA PADA PUISI KEPADA PEMINTA-MINTA KARYA CHAIRIL ANWAR Karya sastra pada analisis stilistika memiliki kaitan erat dengan bahasa yang menjadi medium utamanya. Ratna 2009 330 menyatakan bahwa analisis yang baik adalah kajian yang memelihara keseimbangan antara prinsip linguistik dan sastra kebudayaan atau yang mendasar pada pencapaian aspek estetis. Dalam kajian stilistika hendaknya sampai pada dua hal yaitu makna dan fungsi. Makna dicari melalui penafsiran yang dikaitkan melalui totalitas karya, sedangkan fungsi terbesit dari peranan stilistika dalam membangun karya Endraswara, 2011 76. Berdasarkan pendekatan-pendekatan di atas, maka dapat dilakukan analisis terhadap puisi. Bagaimana proses pembentukan kata dalam puisi, bersumber dari perasaan dan pemikiran penyair. Namun, 7 DEIKSIS Vol. 09 Januari 2017 1 - 12 dipengaruhi dengan pembentukan kata, proses semantis yang sesuai dengan intertekstual pada puisi-puisi terdahulu. Senada dengan hal tersebut Nurhayati 200846 mengemukakan terdapat 2 unsur dalam menganalisis puisi, yaitu pada kajian stilistika dan struktur batin puisi. Pada kaiian stilistika dibahas masalah penerimaan, linguistik, diksi, citraan, kata-kata konkret dan bahasa figuratif. Sedangkan struktur batin membahas masalah tema, perasaan, nada dan amanat. Dalam hal ini puisi yang akan di analisis adalah puisi dengan judul Kepada Peminta-minta karya Chairil Anwar. Puisi tersebut adalah sebagai berikut Kepada Peminta-Minta 1 2 3 4 Baik, baik aku akan menghadap Dia Menyerahkan diri dan segala dosa Tapi jangan lagi tentang aku Nanti darahku jadi beku 5 6 7 8 Jangan lagi kau bercerita Sudah tercacar semua di muka Nanah meleleh dari luka Sambil berjalan kau usap juga 9 Bersuara tiap kau melangkah 10 Mengerang tiap kau menendang 11 Menetes dari suasana kau datang 12 Sembarang kau merebah 13 Mengganggu dalam mimpiku 14 Menghempas aku di bumi keras 15 Di bibirku terasa pedas 16 Mengaum di telingaku 17 Baik, baik aku akan menghadap Dia 18 Menyerahkan diri dan segala dosa 19 Tapi jangan tentang lagi aku 20 Nanti darahku jadi beku Chairil Anwar, 201078 8 Berdasarkan kajian teori yang dikemukakan sebelumnya, berikut ini analisis puisi yang dikaji dengan kajian stitlistika. Dianalisis melalui struktur fisik pembentukan kata dan struktur batin sebagai penafsiran dari puisi tersebut. Struktur Fisik Puisi 1. Diksi Kata-kata dalam puisi “Kepada Peminta-minta” memiliki makna kiasan yang harus dipahami secara seksama. Tokoh aku dan dia memerlukan interprestasi sendiri untuk menentukannya. Hal ini dalam setiap maksudnya memerlukan pemahaman yang menyeluruh. Secara umum puisi juga sulit untuk dipahami, terdapat penafsiran tertentu. Dengan demikian, penggunaan kata konotatif dalam puisi tersebut cukup menjadi perhatian. Penyair menggunakan kata-kata tersebut untuk mengungkapkan sesuatu. Sesuatu itulah yang dinamakan makna konotatif. Jadi, penggunaan kata konotatif dilakukan untuk menyatakan sesuatu secara tidak langsung. Penggunaan kata konotatif juga untuk menciptakan efek estetis. Sesuai dengan judulnya, puisi tersebut banyak menggunakan kata konotasi. Misalnya pada baris ke empat Nanti darahku jadi beku. Hal ini merupakan makna konotasi yang memerlukan pula makna konotasi pada baris 6 Sudah tercacar semua di muka. Secara keseluruhan baris dalam puisi ini memiliki makna kiasan yang perlu untuk ditelaah sebelumnya. Bukan jenis citraan yang mengandung makna denotasi yang secara umum mudah untuk langsung dipahami. Pemilihan kata pada baris genap tidak terlepas dari kata yang Analisis Stilistika pada Puisi Kepada Peminta-Minta Karya Chairil Anwar Arinah Fransori digunakan pada 2 baris pertama. Misalnya pada baris pertama penyair mengatakan dia akan menghadap Dia, maka pada baris kedua kata menyerahkan diri dan segala dosa dirasa sangat cocok konteksnya. Pada baris ketiga dan keempat penyair meminta untuk jangan menentang dirinya lagi, maka darahnya akan menjadi beku, hal ini sesuai konteksnya. Pada baris kelima dan keenam penyair meminta untuk jangan bercerita lagi, semua sudah tercacar dimuka. Baris ke tujuh dan ke delapan penyair nanah meleleh dari luka sambil berjalan kau usap juga. Dari hal itu, terlihat pemilihan kata yang tepat sekali yang digunakan oleh penyair. Pilihan kata diksi dalam puisi “Kepada Peminta-minta” mempunyai efek kecewa, menyerah, letih terluka, sedih, berat, dan risau. Hal itu dapat terlihat dari penggunaan kata menyerahkan diri, tentang, luka, tercacar, meleleh, menghempas, mengerang, merebah, menetas. Sedangkan adanya risau terlihat dari apa yang di ungkap oleh penyair yaitu mengganggu, menghempas, merasa pedas dan mengaum di telinga. Selain itu, penyair juga menggunakan pilihan kata yang menciptakan efek letih, menyerah, kecewa, terluka, dan risau. Kesimpulan dari analisis puisi “Kepada Peminta-minta” selain menggunakan kata konotatif untuk mengungkapkan gagasan dan untuk mencapai efek estetis. 2. Citraan Citraan dalam karya sastra berperan untuk menimbulkan pembayangan imajinatif bagi pembaca. Pada dasarnya citraan kata terefleksi melalui bahasa kias. Citraan kata meliputi penggunaan bahasa untuk menggambarkan objek-objek, tindakan, perasaan, pikiran, ide, pernyataan, dan setiap pengalaman indera yang istimewa. Citraan dibuat dengan pemilihan kata diksi. Dalam puisi “Kepada Peminta-minta” penyair memanfaatkan citraan untuk menghidupkan imaji pembaca melalui ungkapan yang tidak langsung. Citraan visual penglihatan terlihat pada baris 1, dan 10 yaitu menghadap dan memandang. Citraan perabaan terdapat pada baris 8, yaitu kata usap. Memaknai usap dapat dirasakan dengan indera perabaan. Citraan pendengaraan terlihat pada baris 9 dan 16, yaitu pada kata bersuara dan mengaum. Dalam hal ini kata bersuara dan mengaum dapat dirasakan oleh indera pendengaran. Selain itu, terdapat citraan pengecap yaitu pada baris 15 pada kata pedas. Rasa pedas dapat dirasakan melalui indera pengecap. Kesimpulannya adalah puisi “Kepada Pemintaminta” memanfaatkan citraan untuk menghidupkan imaji pembaca dalam merasakan apa yang dirasakan oleh penyair. Citraan membantu pembaca dalam menghayati makna puisi. Puisi “Kepada Peminta-minta” memanfaatkan citraan visual penglihatan, pendengaran, pengecap dan citraan perabaan. Kata-Kata Konkret Pada puisi ini ditemukan diksi yang berupa kata-kata kongkret yang dapat membangkitkan citraan seperti berjalan, melangkah, mengempas, merebah menunjukkan citraan gerak dan beberapa citraan lainnya. Kata-kata kongkret tersebut jelas menunjukkan sikap tindakan baik dari si pemintaminta maupun pengarang. Kata-kata kongkret yang menggambarkan unsurunsur puisi secara tepat dengan tujuan 9 DEIKSIS Vol. 09 Januari 2017 1 - 12 pengarang agar pembaca merasakan keadaannya. dapat 1. Rima Puisi “Kepada Peminta-minta” secara keseluruhan didominasi dengan adanya vocal /a/ dan /u/. Sedangkan bunyi konsonan yang dominan yaitu bunyi /t/, /k/ dan /d/. Asonansi a terdapat pada baris puisi yaitu baris 1, 2, 5, 6, 7, 8. 17, dan 18 Misalnya, pada baris pertama yaitu Baik, baik aku akan menghadap Dia, pada baris ketiga Menyerahkan diri dan segala dosa. Asonansi u terdapat pada baris genap yaitu baris 3, 4, 13, 16, 19, dan 20. Misalnya, pada baris ketiga yaitu Tapi jangan lagi tentang aku, pada baris keempat Nanti darahku jadi beku. Asonansi a pada 2 baris pertama dan asonansi u pada 2 baris berikutnya mengesankan bahwa puisi ini mempunyai irama yang tetap dan teratur yakni irama vokal aauu. Pada baris pertama dijumpai aliterasi d menghadap, dia. Aliterasi d juga terdapat pada baris 7, 10, 11, 13 dan 15 yakni pada kata dari, menghadang, datang, dalam, dan pedas. Pengulangan 4 baris pertama juga dilakukan untuk menambah bentuk asonansi dan aliterasi dalam puisi ini. Aliterasi k dapat dilihat banyak sekali digunakan. Beberapa di antaranya juga terdapat pada baris 1, 2, 4, 5, 6, 7, 14 dan 16 yakni pada kata baik, aku, akan, menyerahkan, beku, kau, muka, luka, keras dan ku. Berikutnya aliterasi t terdapat pada baris 3, 5, 11, 15, dan 16 yaitu tentang, bercerita, datang, terasa, dan ditelingaku. Selain asonansi dan aliterasi, terdapat pengulangan rima yang teratur yang disusun oleh penyair. Pada 2 baris pertama berakhiran bunyi vokal yang sama 10 yaitu vokal a dan pada baris 3 dan 4 berakhiran bunyi vokal yang sama yaitu vokal u sehingga rima puisi tersebut mempunyai rima yang teratur yaitu aabb. Penggunaan gaya bunyi dengan variasi dan rima pada puisi tersebut menimbulkan sebuah irama yang menciptakan sebuah irama yang indah 2. Bahasa Figuratif Dalam puisi Kepada Pemintaminta karya Chairil Anwar bahasa figuratif yang muncul yaitu pada baris ke 4 dan 21. Merupakan majas hiperbola yang bersifat berlebihlebihan. Muncul majas hiperbola dari kata nanti darahku jadi beku. Selain itu pula muncul majas repetisi pada baris 1 dan 18. Terjadi pengulangan pada kata baik, dalam konteksnya yaitu baik, baik aku akan menghadap Dia. Struktur Batin Puisi 1. Tema sense, merupakan hal yang ingin disampaikan oleh pengarang. Puisi Chairil Anwar menceritakan seseorang yang melarat, miskin yang tidak memiliki apa-apa. Subjet matter yang ditonjolkan dalam puisi ini yaitu tingkah atau sikap si peminta-minta dan bagaimana sikap penyair terhadap-nya. Penyair menekankan pandangannya kepada sang peminta-minta. Bagaimana sikapnya terhadap kaum melarat. Pada baris ketiga Tapi jangan tentang lagi aku menunjukkan sikapnya yang merasa nyaman dengan kehadirannya. Penyair mengungkapkan semua yang terjadi telah diketahui. Hal ini tertuang dalam baris 5, 6, 7 yaitu Jangan lagi kau bercerita sudah tercecer semua dimuka dengan nanah yang meleleh dari muka semua itu telah terjadi dan diketahui. Penyair juga merasa tertanggu dengan adanya peminta- Analisis Stilistika pada Puisi Kepada Peminta-Minta Karya Chairil Anwar Arinah Fransori peminta, hal ini dinyatakan dalam baris dibibirku terasa pedas mengaum ditelingaku. 2. Perasaan feeling perasaan yang ditekankan pada puisi ini adalah rasa benci Chairil Anwar terhadap peminta-minta. Perasaan menyerah dan merasa bersalah atas dosa yang diperbuat. Hal tersebut dikemukan pada baris 2 yaitu menyerahkan diri dan segala dosa. Tarigan 2011 16 mengemukakan Chairil Anwar memandang si peminta-minta dengan belakan mata dan rasa benci. Muncul perasaan terganggu dan kurang simpati terhadap si itu, Chairil juga menunjukkan sikap jengkel kepada si peminta-minta. Sikap yang terlalu menyerah pada keadaan hidup dan begitu menunjukkan kepedihannya dan kemelaratannya. 3. Nada tone, nada yang ditunjukan dalam puisi adalah sinis. Nada sinis muncul akibat dari kebencian pengarang kepada peminta-minta. Hal tersebut salah satunya muncul pada baris puisi berikut jangan lagi kau becerita sudah tercacar semua dimuka nanah meleleh dari muka sambil di jalan kau usap juga. Muncul nada sinis akibat dari tekanan yang didasarkan oleh rasa benci dari sikap si peminta-minta. Selain itu, terlihat terdapat nada menyindir dari makna puisi Chairil Anwar. Menyindir pada tingkah si peminta-minta yang terlalu melebihlebihkan rasa penderitaannya. 4. Amanat intention dalam puisi ini tujuan yang memiliki peranan penting. Dalam hal ini Chairil Anwar yang memiliki sikap ekspresionisme memberikan sajian puisi yang ekspresif. Ia mengemukakan sikapnya terhadap si peminta-minta. Chairil menunjukkan sikap sosial dan kenyataan yang terjadi pada masyarakat. Sikap Chairil yang kritis menampilkan gambaran yang sesungguhnya tentang kehidupan rakyat miskin atau kaum melarat. Dengan demikian mampu menyampaikan pesan secara tidak langsung kepada pembaca bagaimana sikap dan perilaku yang seharusnya dilakukan. Menyampaikan amanat dan pesan moral kepada masyarakat/pembacanya. SIMPULAN Analisis stilistika memperhatikan pada dua aspek kekhasan karya sastra, yaitu dari segi linguistik dan pemaknaannya. Keduanya menonjolkan keindahan suatu karya sastra. Hal ini dapat pula menentukan suatu prinsip yang mendasari kesatuan karya sastra. Menemukan suatu tujuan estetika umum yang menonjol dalam sebuah karya sastra dari keseluruhan unsurnya. Dengan demikian, nilai pemikiran dan prinsip pengarang dapat dipahami. Puisi adalah salah satu objek kajian stilistika yang tepat untuk diteliti. Puisi memiliki kekhasan bahasa dan kepadatan bahassa yang sesuai untuk dikaji dengan stilistika. Dalam hal ini sebagai contoh puisi Chairil Anwar yang dapat dikaji sebagai salah satu objek kajian stilistika. Dalam kajian terhadap puisi Kepada Peminta-Minta karya Chairil Anwar yang menonjolkan berbagai aspek pembentukan kata yang kuat dan tak terduga. Kemudian dari aspek batin, bagaimana Chairil Anwar yang memiliki sikap ekspresionisme memberikan sajian puisi yang ekspresif. Puisi ini juga menunjukkan sikap sosial dan kenyataan yang terjadi pada masyarakat. Sikap Chairil yang kritis menampilkan gambaran yang sesungguhnya tentang kehidupan rakyat miskin atau kaum melarat. Hal ini 11 DEIKSIS Vol. 09 Januari 2017 1 - 12 mampu menyampaikan pesan secara tidak langsung kepada pembaca bagaimana sikap dan perilaku yang seharusnya dilakukan. Puisi dan karya sastra memang lekat pada amanat dan pesan yang menjadi utama. Namun, pada dasarnya setiap jenis karya sastra dapat dikaji dengan stilistika memfokuskan pada pembentukan kata yang indah dan gaya bahasa penulisnya yang menarik. Dengan demikian, jenis-jenis karya sastra tersebut memiliki bagian-bagian yang penting dalam setiap unsur dan pembahasannya Anwar, Chairil. 2010. Aku ini Binatang Jalang. Jakarta PT. Gramedia Pustaka Utama. DAFTAR PUSTAKA Tarigan, HG. 2011. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung Angkasa. Aminnuddin. 2000. Stilistika, Pengantar Memahami Karya Sastra. Semarang CV. IKIP Semarang Press. 12 Endraswara, Suwardi. 2011. Metodelogi Penelitian Sastra. Yogyakarta CAPS. Nurhayati. 2008. Teori dan Aplikasi Stilistik. Penerbit Unsri. Ratna, Nyoman Kutha. 2009. Stilistika, Kajian Puitika Bahasa, dan Budaya. Yogyakarta Pustaka Pelajar. Wellek, R dan Warren, A. 2002. Teori Kesusastraan. Jakarta PT. Gramedia Pustaka Utama.
Jadi kesimpulan dari analisis puisi di atas pertama, dilihat dari diksinya adalah puisi “Kepada Peminta-minta” menggunakan kata konotatif untuk mengungkapkan gagasan dan juga menggunakan efek estetis. Kedua, Citraan puisi ini membantu pembaca dalam menghayati makna puisi. Puisi “Kepada Peminta-minta” memanfaatkan citraan visual
MAKALAH ANALISIS PUISI KEPADA PEMITA-MINTA OLEH CHAIRIL ANWAR 1. Pendahuluan Latar Belakang Karya sastra merupakan wujud dari hasil pemikiran manusia. Karya sastra diciptakan untuk dinikmati dan diapresiasi. Dalam hal ini setiap penulis memiliki cara dalam mengemukakn gagasan dan gambarannya untuk menghasilkan efek-efek tertentu bagi pembacanya. Secara menyeluruh kajian stilistik berperan untuk membantu menganalisis dan memberikan gambaran secara lengkap bagaimana nilai sebuah karya sastra. Karya sastra sebagai kajian dari stilistik yang menggunakan gaya bahasa sastra sebagai media untuk menemukan nilai estetisnya. Aminuddin 1997—67 mengemukakan terdapat jenis karya sastra yaitu puisi dan prosa fiksi. Dalam hal ini perbedaan karakteristik karya sastra mengakibatkan perbedaan dalam tahapan pemaknaan dan penafsiran ciri dan penggambarannya. Pengarang memiliki kreativitas masing-masing dan setiap karya yang dihasilkan memperhatikan kebaharuan dan perkembangan sosial budaya. Misalnya puisi sebagai objek kajian yang dianalisis. Setiap orang tentunya pada umumnya memiliki pendapat dan penafsiran terhadap suatu puisi. Perbedaan itu muncul pula pada pemahaman seseorang, stilistika akan muncul dengan kekhasan bahasa yang digunakan dan akan sangat berbeda dengan penggunaan bahasa sehari-hari. Sastra terbagi atas dua jenis yaitu sastra lama dan modern. Sastra ini menjadi objek yang diamati dalam penelitian sastra, sastra modern dapat meliputi puisi, prosa maupun drama. Berdasarkan hal tersebut menurut Ratna 200919 dari ketiga jenis sastra modern dan sastra lama, puisilah yang paling sering digunakan dalam penelitian stilistika. Puisi memiliki ciri khas yaitu kepadatan pemakaian bahasa sehingga paling besar kemungkinannya untuk menampilkan ciri-ciri stilistika. Dibandingkan dengan prosa yang memiliki ciri khas pada cerita plot sedangkan ciri khas drama pada dialog. Pada lingkupnya puisi diciptakan oleh seseorang dengan melukiskan dan mengekspresikan watak-watak yang penting si pengarang, bukan hanya menciptakan keindahan. Aminuddin 1997—65 menyatakan dalam puisi misalnya membutuhkan efek-efek emotif yang mempengaruhi karya sastra. Memperoleh efek-efek tersebut dapat melalui kebahasaan, paduan bunyi, penggunaan tanda baca, cara penulisan dan lain sebagainya. Dengan kriteria tersebut membantu dalam menganalisis sebuah puisi. Berdasarkan kriteria tersebut dipilih puisi dengan judul“Kepada Peminta-minta karya Chairil Anwar untuk dianalisis. Chairil Anwar pula memiliki pengaruh besar terhadap perkembangan sastra Indonesia secara keseluruhan. Menurut Ratna 2009353 keberhasilan puisi Chairil Anwar dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, 1 representasi visual melalui komposisi, sususnan baris dan bait, 2 efesiensi bahasa, penggunaan kata-kata secara singkat sederhana, tetapi penuh energi, 3 pembawa aliran baru, sebagai ekspresionisme, 4 kebaruan isi, yaitu nasionalisme, 5 keberhasilannya dalam menggugah emosi pembaca. Dengan demikian keindahan puisi pada dasarnya membentuk suatu pesan dan gaya bahasa tersendiri memberikan wujud keindahan karya sastra. Tujuan Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mendeskripsikan konsep dan aplikasi kajian stilistika pada puisi Kepada Peminta-Minta Karya Chairil Anwar. 2. Stilistika Hakikat Stilistika Stilistika stylistic dapat diterjemahkan sebagai ilmu tentang gaya. Secara etimologis stylistic berhubungan dengan kata style yaitu gaya. Dengan demikian stilistika adalah ilmu pemanfaatan bahasa dalam karya sastra. Penggunaan gaya bahasa secara khusus dalam karya sastra. Gaya bahasa yang muncul ketika pengarang mengungkapkan idenya. Gaya bahasa ini merupakan efek seni dan dipengaruhi oleh hati nurani. Melalui gaya bahasa itu seorang penyair mengungkapkan idenya. Pengungkapan ide yang diciptakan melalui keindahan dengan gaya bahasa pengarangnya Endraswara, 201172—73. Melalui ide dan pemikirannya pengarang membentuk konsep gagasannya untuk menghasilkan karya sastra. Aminuddin 199768 mengemukakan stilistika adalah wujud dari cara pengarang untuk menggunakan sistem tanda yang sejalan dengan gagasan yang akan disampaikan. Namun yang menjadi perhatian adalah kompleksitas dari kekayaan unsur pembentuk karya sastra yang dijadikan sasaran kajian adalah wujud penggunaan sistem tandanya. Secara sederhana menurut Sudiman dikutip Nurhayati 20088 “Stilistika adalah ilmu yang meneliti penggunaan bahasa dan gaya bahasa didalam karya sastra”. Konsep utamanya adalah penggunaan bahasa dan gaya bahasa. Bagaimana seorang pengarang mengungkapkan karyanya dengan dasar dan pemikirannya sendiri. Dalam hal ini untuk memahami konsep stilistik secara seksama Nurhayati 20087 mengemukakan pada dasarnya stilistika memiliki dua pemahaman dan jalan pemikiran yang berbeda. Pemikiran tersebut menekankan pada aspek gramatikal dengan memberikan contoh-contoh analisis linguistik terhadap karya sastra yang diamati. Selain itu pula stillistika mempunyai pertalian juga dengan aspek-aspek sastra yang menjadi objek penelitiannya adalah wacana sastra. Stilistika secara definitif adalah ilmu yang berkaiatan dengan gaya dan gaya bahasa. Tetapi pada umumnya lebih banyak mengacu pada gaya bahasa. Dalam pengertiannya secara luas stilistika merupakan ilmu tentang gaya, meliputi berbagai cara yang dilakukan dalam kegiatan manusia Ratna, 2011167. Tujuan Kajian Stilistika Stilistika sebagai salah satu kajian untuk menganalisis karya sastra. Endraswara 201172 mengemukakan bahasa sastra memiliki tugas mulia. Bahasa memiliki pesan keindahan dan sekaligus pembawa makna. Tanpa keindahan bahasa, karya sastra menjadi hambar. Keindahan suatu sastra dipengaruhi oleh kemampuan penulis mengolah kata. Keindahan karya sastra juga memberikan bobot penilaian pada karya sastra itu. Selain itu, menurut Sudjiman dikutip Nurhayati 200811 mengemukakan titik berat pengkajian stilistik adalah terletak pada penggunaan bahasa dan gaya bahasa suatu sastra, tetapi tujuan utamanya adalah meneliti efek estetika bahasa. Keindahan juga merupakan bagian pengukur dan penentu dari sebuah sastra yang bernilai. Sumber Objek Penelitian Stilistika Penelitian stilistika menuju kepada bahasa, dalam hal ini merupakan bahasa yang khas. Menurut Ratna 200914 bahasa yang khas bukan pengertian bahwa bahasa dan sastra berbeda dengan bahasa sehari-hari dan bahasa karya ilmiah. Ciri khasnya yaitu pada proses pemilihan dan penyusunan kembali. Hal tersebut merupakan analog dengan kehidupan sehari-hari dan merupakan proses seleksi, manipulasi dan mengombinasikan kata-kata. Bahasa yang memiliki unsur estetis, berbagai fungsi mediasi, dan emonsionalitas. Dalam hal ini kekuatan dalam karya seni adalah kekuatan untuk menciptakan kombinasi baru, bukan objek baru. Dengan demikian seperti yang telah dikemukan sebelumnya jenis sastra puisilah yang dianggap sebagai objek utama stilistika. Puisi memiliki medium yang terbatas sehingga keterbatasannya sebagai totalitas puisi yang hanya terdiri dari beberapa baris harus mampu menyampaikan pesan sama dengan sebuah cerpen, bahkan juga novel yang terdiri atas banyak jumlah halaman. Pendekatan dalam Stilistika Melalui stilistika dapat dijabarkan ciri-ciri khusus karya sastra. Berdasarkan hal itu, Wellek, dan Warren 1993226 menyatakan ada dua kemungkinan pendekatan analisis stilistika dengan cara semacam itu. Yang pertama di analisis secara sistematis tentang sistem linguistik karya sastra, kemudian membahas interprestasi tentang ciri-cirinya dilihat berdasarkan makna total atau makna keseluruhan. Melalui hal ini akan muncul sistem linguistik yang khas dari karya atau sekelompok karya. Pendekatan yang kedua yaitu mempelajari sejumlah ciri khas membedakan sistem satu dengan yang lainnya. Analisis stilistika adalah dengan mengamati deviasi-deviasi seperti pengulangan bunyi, inversi susunan kata, susunan hirarki klausa yang semuanya mempunyai fungsi estetis penekanan, atau membuat kejelasan, atau justru kebalikannya yang membuat makna menjadi tidak jelas. Sejalan dengan pernyataan di atas dalam kajian stilistik dipengaruhi oleh karya sastra dan bentuk pendekatan yang digunakan. Nurhayati 200813—20 mengemukakan lima pendekatan yang dapat digunakan yaitu, sebagai berikut Pendekatan Halliday Dalam pendekatan ini Halliday mengilustrasikan bagaimana kategori-kategori dan metode-metode linguistik deskriptif dapat diaplikasikan ke dalam analisis teks-teks sastra seperti dalam materi analisis teks yang lainnya. Melalui hal ini analisis bukan hanya kepada interprestasi atau evaluasi estetika terhadap pesan-pesan sastra yang dianalisisnya tetapi hanya kepada deskripsi unsur-unsur bahasa. Dalam kajiannya ia tidak mengungkapkan bagaimana bentuk-bentuk verbal tersebut disusun sehingga berhubungan dengan bentuk lainnya pada hubungan intra-tekstual. Pendekatan Sinclair Pendekatan ini searah dengan teori pendekatan Halliday. Ia menerapkan kategori-kategori deskripsi linguistik Halliday. Sinclair mengemukakan terdapat dua aspek yang berperan penting dalam pengungkapan pola-pola intratekstual karya sastra. Pendekatan Goeffrey Leech Leech mengemukakn bahwa karya sastra mengandung dimensi-dimensi makna tambahan yang beroperasi pula di dalam wacana lainnya. Leech mengungkapkan tiga gejala ekspresi sastra, yaitu cohesion, foregrounding, dan cohesion of foregrounding. Ketiga gejala ekspresi ini menghadirkan dimensi-dimensi makna yang berbeda yang tidak tercakup oleh deskripsi linguistik dengan kategori-kategori normalnya. Cohesion merupakan hubungan interatekstual antara unsur gramatikal dengan unsur leksikal yang jalin-menjalin dalam sebuah teks sehingga menjadi sebuah unit wacana yang lengkap. Foregrounding merupakan gejala khas yang hanya terdapat dalam karya sastra. Sedangkan cohesion of foregrounding adalah penyimpangan-penyimpangan dalam teks yang dihubungkan dengan bentuk lain untuk membentuk pola-pola intratekstual. Pendekatan Roman Jakobson Pendekatan ini menggolongkan fungsi puitik bahasa sebagai sebuah penggunaan bahasa yang berpusat kepada bentuk aktual dari pesan itu sendiri. Tulisan sastra tidak seperti bentuk-bentuk lainnya. Dalam tulisan sastra ditemukan pesan yang berpusat pada pesan itu sendiri. Pendekatan Samuel R. Levin Pendekatan Levin dalam analisis stilistika serupa dengan pendekatan Halliday dan Sinclair yang berpusat pada analisis butir-butir linguistik. Levin juga mengembangkan gagasan kesejajaran yang juga dikemukakan oleh Jakobson. Dalam hal ini kesejajaran tersebut berlaku pada level fonologi, sintaksis, dan semantik yang untuk menghasilkan ciri-ciri struktural. Teori yang Berhubungan dengan Kajian Stilistik Pembentuk utama unsur puisi selain bahasa adalah keindahan. Pada dasarnya kajian stilistika dikemukakan beberapa teori-teori yang berhubungan. Menurut Nurhayati 200830—38 teori-teori tersebut digunakan untuk menganalisis bahasa. Teori tersebut adalah sebagai berikut 1 Diksi, pemilihan kata sangat erat kaitannya dengan hakikat puisi yang penuh pemadatan. Oleh karena itu, penyair harus pandai memilih kata-kata. Penyair harus cermat agar komposisi bunyi rima dan irama memiliki kedudukan yang sesuai dan indah. Selain itu, Tarigan 201129 mengemukakan diksi adalah pilihan kata yang digunakan oleh penyair. Pilihan kata yang tepat dapat mencerminkan ruang, waktu, falsafah, amanat, efek, dan nada dalam suatu puisi. 2 Citraan, merupakan penggunaan bahasa untuk menggambarkan objek-objek, tindakan, perasaan, pikiran, ide, pernyataan, pikiran dan setiap pengalaman indera atau pengalaman indera yang istimewa. Dalam hal ini yang dimaksud adalah citraan yang meliputi gambaran angan-angan dan pengguna bahasa yang menggambarkan angan-angan tersebut, sedangkan setiap gambar pikiran disebut citra atau imaji. Secara spesifik Tarigan 201131 dalam menciptakan karya penyair berusaha membangkitkan pikiran dan perasaan para penikmat sehingga merekalah yang benar-benar mengalami peristiwa dan perasaan tersebut. Penyair berusaha agar penikmat dapat melihat, merasakan mendengar, dan menyentuh apa yang ia alami dan rasakan. 3 Kata-kata konkret, merupakan kata yang dapat melukiskan dengan tepat, membayangkan dengan jitu apa yang hendak dikemukakan oleh pengarang. Tarigan 201132 mengungkapkan salah satu cara membangkitkan daya bayang imajianasi para penikmat puisi adalah menggunakan kata-kata yang tepat, kata yang dapat menyarankan suatu pengertian secara menyeluruh. 4 Bahasa figuratif, untuk memperoleh kepuitisan, penyair menggunakan bahasa figuratif, yaitu bahasa kiasan atau majas. Menurut Endraswara 201173 terdapat dua macam bahasa kiasan atau stilistik kiasan, yaitu gaya retorik dan gaya kiasan. Gaya retorik meliputi eufemisme, paradoks, tautologi, polisndeton, dan sebagainya. Sedangkan gaya kiasan amat banyak ragamnya antara lain alegori, personifikasi, simile, sarkasme, dan sebagainya. Menurut Ratna 2011164 majas figure of speech adalah pilihan kata tertentu sesuai dengan maksud penulis atau pembicara dalam rangka memperoleh aspek keindahan. 5 Rima dan ritma, merupakan pengulangan bunyi dalam puisi. Dengan pengulangan bunyi tersebut, puisi menjadi merdu bila dibaca. Bentuk-bentuk rima yang paling sering muncul adalah aliterasi, asonansi, dan rima akhir. Bunyi-bunyi yang berulang, pergantian yang teratur, dan variasi-variasi bunyi menimbulkan suatu gerak yang teratur. Gerak yang teratur tersebut di sebut ritma atau rhythm. Tarigan 201135 mengatakan rima dan ritma memiliki pengaruh untuk memperjelas makna puisi. Dalam kepustakaan Indonesia, ritme atau irama adalah turun naiknya suara secara teratur, sedangkan rima adalah persamaan bunyi. Struktur Batin Puisi Struktur batin puisi pula yang menjadi salah satu unsur pembentuk puisi. Struktur batin berperan untuk menjiwai sebuah puisi. Dalam hal ini menurut Nurhayati 200840—43 hakikat puisi terdiri atas beberapa komponen yang membangun sebuah puisi. Unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut 1 Tema sense, merupakan gagasan atau ide pokok dalam suatu kajian puisi. Hal yang menjadi pokok persoalan dalam puisi tersebut. Setiap puisi memiliki pokok persoalan yang hendak di sampaikan kepada pembacanya. Selain itu menurut Tarigan 201110—11 dalam puisi memiliki subject matter yang hendak dikemukakan atau ditonjolkan. Hal ini dapat dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman penyair. Makna yang terkandung dalam subject matter adalah sense atau tema dalam puisi tersebut. 2 Perasaan feeling merupakan sikap penyair terhadap pokok persoalan yang terdapat dalam puisinya. Dalam hal ini pada umumnya setiap penyair tentunya akan memiliki pandangan yang berbeda terhadap suatu karya. Menurut Tarigan 201112 rasa/felling yaitu merupakan sikap penyair terhadap pokok permasalahan yang ada pada puisinya. 3 Nada tone, merupakan refleksi sikap penyair terhadap pembacanya, baik suasana hati, dan pandangan moral, dan terkadang muncul pula karakter kepribadian pengarangnya tercemin dalam puisi. Penyair pula menunjukkan sikapnya kepada pembacanya, misalnya dengan sikap menggurui, menyindir atau bersifat lugas. 4 Amanat intention atau tujuan merupakan hal yang mendorong penyair untuk menciptakan suatu puisinya. Dalam hal ini penyair menciptakan puisinya dan tersirat secara tidak langsung muncul melalui di balik tema yang diungkapkan. 3 Analisis Stilistika Karya sastra pada analisis stilistika memiliki kaitan erat dengan bahasa yang menjadi medium utamanya. Ratna 2009330 menyatakan bahwa analisis yang baik adalah kajian yang memelihara keseimbangan antara prinsip linguistik dan sastra kebudayaan atau yang mendasar pada pencapaian aspek estetis. Dalam kajian stilistika hendaknya sampai pada dua hal yaitu makna dan fungsi. Makna dicari melalui penafsiran yang dikaitkan melalui totalitas karya, sedangkan fungsi terbesit dari peranan stilistika dalam membangun karya Endraswara, 201176. Senada dengan hal tersebut Nurhayati 200846 mengemukakan terdapat 2 unsur dalam menganalisis puisi, yaitu pada kajian stilistika dan struktur batin puisi. Pada kaiian stilistika di bahas masalah penerimaan, linguistik, diksi, citraan, kata-kata konkret dan bahasa figuratif. Sedangkan struktur batin membahas masalah tema, perasaan, nada dan amanat. Dalam hal ini puisi yang akan di analisis adalah puisi dengan judul Kepada Peminta-minta karya Chairil Anwar. Puisi tersebut adalah sebagai berikut Kepada Peminta-Minta 1 Baik, baik aku akan menghadap Dia 2 Menyerahkan diri dan segala dosa 3 Tapi jangan lagi tentang aku 4 Nanti darahku jadi beku 5 Jangan lagi kau bercerita 6 Sudah tercacar semua di muka 7 Nanah meleleh dari luka 8 Sambil berjalan kau usap juga 9 Bersuara tiap kau melangkah 10 Mengerang tiap kau menendang 11 Menetes dari suasana kau datang 12 Sembarang kau merebah 13 Mengganggu dalam mimpiku 14 Menghempas aku di bumi keras 15 Di bibirku terasa pedas 16 Mengaum di telingaku 17 Baik, baik aku akan menghadap Dia 18 Menyerahkan diri dan segala dosa 19 Tapi jangan tentang lagi aku 20 Nanti darahku jadi beku Chairil Anwar, 201078 Teori yang Berhubungan dengan Kajian Stilistik 1 Diksi Kata-kata dalam puisi “Kepada Peminta-minta” memiliki makna kiasan yang harus dipahami secara seksama. Tokoh aku dan dia memerlukan interprestasi sendiri untuk menentukannya. Hal ini dalam setiap maksudnya memerlukan pemahaman yang menyeluruh. Secara umum puisi juga sulit untuk dipahami, terdapat penafsiran tertentu. Dengan demikian penggunaan kata konotatif dalam puisi tersebut cukup menjadi perhatian. Penyair menggunakan kata-kata tersebut untuk mengungkapkan sesuatu. Sesuatu itulah yang dinamakan makna konotatif. Jadi, penggunaan kata konotatif dilakukan untuk menyatakan sesuatu secara tidak langsung. Penggunaan kata konotatif juga untuk menciptakan efek estetis. Sesuai dengan judulnya, puisi tersebut banyak menggunakan kata konotasi. Misalnya pada baris ke empat Nanti darahku jadi beku. Hal ini merupakan makna konotasi yang memerlukan pula makna konotasi pada baris 6 Sudah tercacar semua di muka. Secara keseluruhan baris dalam puisi ini memiliki makna kiasan yang perlu untuk ditelaah sebelumnya. Bukan jenis citraan yang mengandung makna denotasi yang secara umum mudah untuk langsung dipahami. Pemilihan kata pada baris genap tidak terlepas dari kata yang digunakan pada 2 baris pertama. Misalnya pada baris pertama penyair mengatakan dia akan menghadap Dia, maka pada baris kedua kata menyerahkan diri dan segala dosa dirasa sangat cocok konteksnya. Pada baris ketiga dan keempat penyair meminta untuk jangan menentang dirinya lagi, maka darahnya akan menjadi beku, hal ini sesuai konteksnya. Pada baris kelima dan keenam penyair meminta untuk jangan bercerita lagi, semua sudah tercacar dimuka. Baris ketujuh dan kedelapan penyair nanah meleleh dari luka sambil berjalan kau usap juga. Dari hal itu terlihat pemilihan kata yang tepat sekali yang digunakan oleh penyair. Pilihan kata diksi dalam puisi “Kepada Peminta-minta” mempunyai efek kecewa, menyerah, letih, terluka, sedih, berat, dan risau. Hal itu dapat terlihat dari penggunaan kata menyerahkan diri, tentang, luka, tercacar, meleleh, menghempas, mengerang, merebah, menetas. Sedangkan adanya risau terlihat dari apa yang di ungkap oleh penyair yaitu mengganggu, menghempas, merasa pedas dan mengaum di telinga. Selain itu, penyair juga menggunakan pilihan kata yang menciptakan efek letih, menyerah, kecewa, terluka, dan risau. Kesimpulan dari analisis gaya kata adalah puisi “Kepada Peminta-minta” selain menggunakan kata konotatif untuk mengungkapkan gagasan dan untuk mencapai efek estetis. 2 Citraan Citraan dalam karya sastra berperan untuk menimbulkan pembayangan imajinatif bagi pembaca. Pada dasarnya citraan kata terefleksi melalui bahasa kias. Citraan kata meliputi penggunaan bahasa untuk menggambarkan objek-objek, tindakan, perasaan, pikiran, ide, pernyataan, dan setiap pengalaman indera yang istimewa. Citraan dibuat dengan pemilihan kata diksi. Dalam puisi “Kepada Peminta-minta” penyair memanfaatkan citraan untuk menghidupkan imaji pembaca melalui ungkapan yang tidak langsung. Citraan visual penglihatan terlihat pada baris 1, dan 10 yaitu menghadap dan memandang. Citraan perabaan terdapat pada baris 8, yaitu kata usap. Memaknai usap dapat dirasakan dengan indera perabaan. Citraan pendengaraan terlihat pada baris 9 dan 16, yaitu pada kata bersuara dan mengaum. Dalam hal ini kata bersuara dan mengaum dapat dirasakan oleh indera pendengaran. Selain itu pula terdapat citraan pengecap yaitu pada baris 15 pada kata pedas. Rasa pedas dapat dirasakan melalui indera pengecap. Kesimpulannya adalah puisi “Kepada Peminta-minta” memanfaatkan citraan untuk menghidupkan imaji pembaca dalam merasakan apa yang dirasakan oleh penyair. Citraan membantu pembaca dalam menghayati makna puisi. Puisi “Kepada Peminta-minta” memanfaatkan citraan visual penglihatan, pendengaran, pengecap dan citraan perabaan. 3 Kata-Kata Konkret Pada puisi ini ditemukan diksi yang berupa kata-kata kongkret yang dapat membangkitkan citraan seperti berjalan, melangkah, mengempas, merebah menunjukkan citraan gerak dan beberapa citraan lainnya. Kata-kata kongkret tersebut jelas menunjukkan sikap tindakan baik dari si peminta-minta maupun pengarang. Kata-kata kongkret yang menggambarkan unsur-unsur puisi secara tepat dengan tujuan pengarang agar pembaca dapat merasakan keadaannya. 4 Rima Puisi “Kepada Peminta-minta” secara keseluruhan didominasi dengan adanya vocal /a/ dan /u/. Sedangkan bunyi konsonan yang dominan yaitu bunyi /t/, /k/ dan /d/. Asonansi a terdapat pada baris puisi yaitu baris 1, 2, 5, 6, 7, 8. 17, dan 18 Misalnya, pada baris pertama yaitu Baik, baik aku akan menghadap Dia, pada baris ketiga Menyerahkan diri dan segala dosa. Asonansi u terdapat pada baris genap yaitu baris 3, 4, 13, 16, 19, dan 20. Misalnya, pada baris ketiga yaitu Tapi jangan lagi tentang aku, pada baris keempat Nanti darahku jadi beku. Asonansi a pada 2 baris pertama dan asonansi u pada 2 baris berikutnya mengesankan bahwa puisi ini mempunyai irama yang tetap dan teratur yakni irama vokal aauu. Pada baris pertama dijumpai aliterasi d menghadap, dia. Aliterasi d juga terdapat pada baris 7, 10, 11, 13 dan 15 yakni pada kata dari, menghadang, datang, dalam, dan pedas. Pengulangan 4 baris pertama juga dilakukan untuk menambah bentuk asonansi dan aliterasi dalam puisi ini. Aliterasi k dapat dilihat banyak sekali digunakan. Beberapa di antaranya juga terdapat pada baris 1, 2, 4, 5, 6, 7, 14 dan 16 yakni pada kata baik, aku, akan, menyerahkan, beku, kau, muka, luka, keras dan ku. Berikutnya aliterasi t terdapat pada baris 3, 5, 11, 15, dan 16 yaitu tentang, bercerita, datang, terasa, dan ditelingaku. Selain asonansi dan aliterasi, terdapat pengulangan rima yang teratur yang disusun oleh penyair. Pada 2 baris pertama berakhiran bunyi vokal yang sama yaitu vokal a dan pada baris 3 dan 4 berakhiran bunyi vokal yang sama yaitu vokal u sehingga rima puisi tersebut mempunyai rima yang teratur yaitu aabb. Penggunaan gaya bunyi dengan variasi dan rima pada puisi tersebut menimbulkan sebuah irama yang menciptakan sebuah irama yang indah. 5 Bahasa Figuratif Dalam puisi Kepada Peminta-minta karya Chairil Anwar bahasa figuratif yang muncul yaitu pada baris ke 4 dan 21. Merupakan majas hiperbola yang bersifat berlebih-lebihan. Muncul majas hiperbola dari kata nanti darahku jadi beku. Selain itu pula muncul majas repetisi pada baris 1 dan 18. Terjadi pengulangan pada kata baik, dalam konteksnya yaitu baik, baik aku akan menghadap Dia. Struktur Batin Puisi 1 Tema sense, merupakan hal yang ingin disampaikan oleh pengarang. Puisi Chairil Anwar menceritakan seseorang yang melarat, miskin yang tidak memiliki apa-apa. Subjet matter yang ditonjolkan dalam puisi ini yaitu tingkah atau sikap si peminta-minta dan bagaimana sikap penyair terhadap nya. Penyair menekankan pandangannya kepada sang peminta-minta. Bagaimana sikapnya terhadap kaum melarat. Pada baris ketiga Tapi jangan tentang lagi aku menunjukkan sikapnya yang merasa nyaman dengan kehadirannya. Penyair mengungkapkan semua yang terjadi telah diketahui. Hal ini tertuang dalam baris 5, 6, 7 yaitu Jangan lagi kau bercerita sudah tercecer semua dimuka dengan nanah yang meleleh dari muka semua itu telah terjadi dan diketahui. Penyair juga merasa tertanggu dengan adanya peminta-peminta, hal ini dinyatakan dalam baris dibibirku terasa pedas mengaum ditelingaku. 2 Perasaan feeling perasaan yang ditekankan pada puisi ini adalah rasa benci Chairil Anwar terhadap peminta-minta. Perasaan menyerah dan merasa bersalah atas dosa yang diperbuat. Hal tersebut dikemukan pada baris 2 yaitu menyerahkan diri dan segala dosa. Tarigan 201116 mengemukakan Chairil Anwar memandang si peminta-minta dengan belakan mata dan rasa benci. Muncul perasaan terganggu dan kurang simpati terhadap si itu, Chairil juga menunjukkan sikap jengkel kepada si peminta-minta. Sikap yang terlalu menyerah pada keadaan hidup dan begitu menunjukkan kepedihannya dan kemelaratannya. 3 Nada tone, nada yang ditunjukan dalam puisi adalah sinis. Nada sinis muncul akibat dari kebencian pengarang kepada peminta-minta. Hal tersebut salah satunya muncul pada baris puisi berikut jangan lagi kau becerita sudah tercacar semua dimuka nanah meleleh dari muka sambil di jalan kau usap juga. Muncul nada sinis akibat dari tekanan yang didasarkan oleh rasa benci dari sikap si itu, terlihat terdapat nada menyindir dari makna puisi Chairil Anwar. Menyindir pada tingkah si peminta-minta yang terlalu melebih-lebihkan rasa penderitaannya. 4 Amanat intention dalam puisi ini tujuan yang memiliki peranan penting. Dalam hal ini Chairil Anwar yang memiliki sikap ekspresionisme memberikan sajian puisi yang ekspresif. Ia mengemukakan sikapnya terhadap si peminta-minta. Chairil menunjukkan sikap sosial dan kenyataan yang terjadi pada masyarakat. Sikap Chairil yang kritis menampilkan gambaran yang sesungguhnya tentang kehidupan rakyat miskin atau kaum melarat. Dengan demikian mampu menyampaikan pesan secara tidak langsung kepada pembaca bagaimana sikap dan perilaku yang seharusnya dilakukan. Menyampaikan amanat dan pesan moral kepada masyarakat/pembacanya. 4 Kesimpulan Analisis stilistika memperhatikan pada dua aspek kekhasan karya sastra, yaitu dari segi linguistik dan pemaknaannya. Keduanya menonjolkan keindahan suatu karya sastra. Hal ini dapat pula menentukan suatu prinsip yang mendasari kesatuan karya sastra. Menemukan suatu tujuan estetika umum yang menonjol dalam sebuah karya sastra dari keseluruhan unsurnya. Dengan demikian nilai, pemikiran dan prinsip pengarang dapat dipahami. Puisi adalah salah satu objek kajian stilistika yang tepat untuk diteliti. Puisi memiliki kekhasan bahasa dan kepadatan bahassa yang sesuai untuk dikaji dengan stilistika. Dalam hal ini sebagai contoh puisi Chairil Anwar yang dapat dikaji sebagai salah satu objek kajian stilistika. Namun pada dasarnya setiap jenis karya sastra dapat dikaji dengan stilistika. Jenis-jenis karya sastra tersebut memiliki bagian-bagian yang penting dalam setiap unsur dan pembahasannya. 5 Daftar Pustaka Aminnuddin. 1997. Stilistika, Pengantar Memahami Karya Sastra. Semarang CV. IKIP Semarang Press. Anwar, Chairil. 2010. Aku ini Binatang Jalang. Jakarta PT. Gramedia Pustaka Utama. Endraswara, Suwardi. 2011. Metodelogi Penelitian Sastra. Yogyakarta CAPS. Nurhayati. 2008. Teori dan Aplikasi Stilistik. Penerbit Unsri. Ratna, Nyoman Kutha. 2009. Stilistika, Kajian Puitika Bahasa, dan Budaya. Yogyakarta Pustaka Pelajar. \ Tarigan, HG. 2011. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung Angkasa. Wellek, R dan Warren, A. 1993. Teori Kesusastraan. Jakarta PT. Gramedia Pustaka Utama.
AriMalibu dan Reda Gaudiamo merilis album ketiga, Maret mendatang. Berbeda, dengan Menyanyikan Puisi, dengan sajian musikalisasi dari Sapardi Djoko Damono (Di Restoran, Lanskap), Toto Sudarto Bachtiar (Gadis Peminta-Minta), Mozasa (Kupu-Kupu), kali ini Ari-Reda memberikan penghormatan khusus bagi karya GM.
p>Karya sastra sebagai kajian dari stilistik yang menggunakan gaya bahasa sastra sebagai media untuk menemukan nilai estetisnya. Stilistika adalah ilmu pemanfaatan bahasa dalam karya sastra. Penggunaan gaya bahasa secara khusus dalam karya sastra yang diciptakan sendiri oleh pengarang. Oleh sebab itu, tujuan analisis puisi ini adalah mendeskripsikan bahasa dan pembentukan kata dengan aplikasi kajian stilistika pada puisi Kepada Peminta-Minta karya Chairil Anwar. Berdasarkan pendekatan stilistika yang dikemukakan sebagai dasar untuk kajian teori yang digunakan dalam analisis. Pendekatan ini mempegaruhi daya cipta dalam sebuah puisi, sebagai contoh puisi Kepada Peminta-Minta karya Chairil Anwar yang dikaji dari struktur pembentukan kata fisik dan unsur jiwa pembangunnya, yaitu struktur batin. Dalam kajian puisi tersebut, menonjolkan berbagai aspek pembentukan kata yang kuat dan tak terduga. Sikap Chairil Anwar yang kritis dalam menampilkan gambaran yang sesungguhnya tentang kehidupan rakyat miskin atau kaum melarat. Hal ini mampu menyampaikan pesan secara tidak langsung kepada pembaca, bagaimana sikap dan perilaku yang seharusnya dilakukan. Berdasarkan hasil analisis terhadap puisi Kepada Peminta-Minta karya Chairil Anwar yang menonjolkan berbagai aspek pembentukan kata yang kuat dan tak terduga. Kemudian dari aspek batin, bagaimana Chairil Anwar yang memiliki sikap ekspresionisme memberikan sajian puisi yang ekspresif. Puisi ini juga menunjukkan sikap sosial dan kenyataan yang terjadi pada masyarakat. Kata-kata kunci analisis stilistika, puisi.

Nah dari contoh puisi di atas yang berjudul "Gadis peminta-minta" dapat kita simpulkan yaitu puisi tersebut bernada kesedihan dan keterharuan. 4. Unsur intrinsik puisi : Tipografi Tipografi adalah ukiran bentuk puisi yang biasanya berupa susunan baris ke bawah. Ada juga penulis yang menyebut istilah tipografi dengan sebutan tata wajah puisi.

Kepada Peminta-minta Chairil Anwar Baik, baik, aku akan menghadap Dia Menyerahkan diri dan segala dosa Tapi jangan tentang lagi aku Nanti darahku jadi beku Jangan lagi kamu bercerita Sudah tercacar semua di muka Nanah meleleh dari muka Sambil berjalan kau usap juga. Bersuara tiap kau melangkah Mengerang tiap kau memandang Menetes dari suasana kau datang Sembarang kau merebah Mengganggu dalam mimpiku Menghempas aku di bumi keras Dibibirku terasa pedas Mengaum di telingaku Baik, baik, aku akan menghadap Dia Menyerahkan diri dan segela dosa Tapi jangan tentang lagi aku Nanti darahku jadi beku Analisis Puisi Menggunakan Kritik ObjektifStruktur Karya Sastra Puisi di atas terdiri dari lima bait dan tiap bait terdapat empat baris. Seluruh bait dan baris itu si aku mengungkapkan sebuah rasa yang tidak nyaman. Seperti rasa takut, sesal, marah terhadap hidupnya sendiri. Puisi ini cukup abstrak karena dapat ditafsirkan dari berbagai sudut pandang. Banyak terdapat konotasi dalam puisi ini. Terdapat citraan yang bisa menguatkan penafsiran kita. Dalam hasil pembacaan puisi ini, dapat diartikan bahwa si peminta-minta itu adalah seorang pengemis dalam arti sesungguhnya. Dan si aku adalah seorang yang melihat si peminta-minta, si aku merasa bersalah ketika melihat keadaan si peminta-minta yang begitu mengenaskan. Lebih-lebih si aku merasa terpojok ketika si peminta-minta melihat si aku dengan tatapan yang mengingatkan akan segala dosa si aku. Rasa gelisah melihat penderitaan sesama sangat kuat dirasakan oleh si aku. a. Diksi Pilihan kata dalam puisi berjudul “Kepada Peminta-minta” menggunakan kata-kata yang bernada penuh penyesalan, dipantulkan oleh kata-kata Baik, baik, aku akan menghadap Dia Menyerahkan diri dan segala dosa Pilihan kata dalam puisi berjudul “Kepada Peminta-minta” ada yang susah untuk dijelaskan tetapi hal itu dianggap lebih kreatif dan juga berupa citraan kesakitan yang menunjukkan koherensi yang kuat, sebagai berikut darahku jadi beku, sudah tercacar, nanah meleleh, kau usap juga, mengerang, menetes, merebah, mengganggu, menghempas di bumi keras, bibirku terasa pedas, mengaum di telingaku, segala dosa, darahku jadi beku. Semua itu menunjukkan bahwa orang yang sadar kepada dosa-dosanya itu rasanya sangat sakit dan sangat menderita dan tersiksa. Dalam puisi tersebut si aku merasa terkejar-kejar oleh rasa dosa karena ada seorang “Peminta-minta” yang selalu memandangnya, yang selalu menatapnya. Si aku sadar akan sodanya kepada Dia Tuhan. Si aku merasakan rasa dosanya itu begitu mencekam. Rasanya dosa si aku itu sudah tercermin dalam muka si peminta-minta seolah-olah si peminta-minta itu selalu mengingatkan rasa dosa si aku di mana ia berada. Rasa dosa itu begitu hebat sehingga mengganggu sampai ke mimpi. Si aku berjanji akan selalu mengingat Tuhan dan menyerahkan dirinya. Ia sudah sadar dan merasa betul-betul bersalah, maka ia sangat tersiksa bila ditentang lagi diperingatkan akan dosa-dosanya membuat ia mati ketakutan karena rasa dosa tersebut. Saya kira yang di lakukan Chairil dalam terjemahannya adalah usaha memberikan makna akan sajak terjemahan bebas kreatifitasannya. Proses kreatif dalam penciptaan sajak-sajak terjemahan itu berlangsung melalui pemilihan kata dalam puisi tersebut untuk memperkaya bahasa Indonesia dalam pengucapan seni puisi. b. Sudut Pandang Puisi ini cukup sederhana tetapi cukup mampu mengundang berbagai tanggapan diantara pengamat sastra. Hal itu disebabkan karena pengamat yang bersangkutan mengacaukan pengertian si aku sebagai pengarang sekaligus pelaku. Ada pula yang menganggap puisi ini sebagai simbolis cerita realis. Masuknya si aku ke dalam struktur penceritaan tentu bukan tanpa motif tertentu, yang kerapkali tidak dinyatakan secara eksplisit. Pengamat belum melihat sisi pembedaan, kemungkinan besar akan menghasilkan penilaian yang kurang tepat. c. Setting Pelukisan latar tempat dalam puisi ditunjukkan oleh citra-citra kehidupan yaitu pada bait pertama yang menyadari akan dosa yang telah diperbuat di dunia. Baik, baik, aku akan menghadap Dia Menyerahkan diri dan segala dosa Tapi jangan tentang lagi aku Nanti darahku jadi beku d. Tokoh Si aku dalam puisi diatas lebih bertindak sebagai pelaku yang dimanfaatkan sebagai latar. Pada dasarnya puisi Kepada Peminta-minta menceritakan bahwa si aku mengungkapkan sebuah rasa yang tidak nyaman. Seperti rasa takut, sesal, marah terhadap hidupnya sendiri. Puisi ini cukup abstrak karena dapat ditafsirkan dari berbagai sudut pandang. Banyak terdapat konotasi dalam puisi ini. Terdapat citraan yang bisa menguatkan penafsiran kita. Dalam hasil pembacaan puisi ini, dapat diartikan bahwa si peminta-minta itu adalah seorang pengemis dalam arti sesungguhnya. Dan si aku adalah seorang yang melihat si peminta-minta, si aku merasa bersalah ketika melihat keadaan si peminta-minta yang begitu mengenaskan. Lebih-lebih si aku merasa terpojok ketika si peminta-minta melihat si aku dengan tatapan yang mengingatkan akan segala dosa si aku. Rasa gelisah melihat penderitaan sesama sangat kuat dirasakan oleh si aku. e. Kata konkret Kata konkret menumbuhkan pengimajian dalam pikiran pembaca. Si aku merasakan dosanya itu begitu mencekam. Maka, si aku meminta kepada peminta-minta itu jangan bercerita tentang dosa-dosa manusia si aku. Rasanya dosa si aku itu sudah tercermin dalam muka si peminta-minta itu, misalnya pada bait kedua /Sudah tercacar semua di muka/ /Nanah meleleh dari muka/ Seperti kata kena cacar dan bernanah, selalu meleleh, dan selalu diusap oleh si peminta-minta sambil berjalan. Seolah-olah si peminta-minta itu selalu mengingatkan rasa dosa si aku di mana pun ia berada. Selain itu, pada bait keempat, rasa dosa itu begitu hebatnya sehingga mengganggunya sampai ke mimpi si aku. Rasanya si aku seperti dihempaskan di bumi yang keras oleh rasa dosa yang selalu mencekamnya, selalu mengejar-ngejarnya. Hal itu membuat bibirnya pedas dan telinganya mengaum karena sakitnya. Mengganggu dalam mimpiku/ Menghempas aku di bumi keras/ Di bibirku terasa pedas/ Mengaum di telingaku/. Selain dikonkretkan, untuk menyatakan betapa tersiksanya si aku juga dipergunakan dalam sajak tersebut sarana kiasan atau bahasa figuratif. f. Bahasa figuratif Dalam sajak tersebut sarana retorika yang dominan adalah hiperbola, yaitu sarana yang melebih-lebihkan suatu hal atau keadaan, dan menimbulkan tanggapan yang konkret kepada pembaca. Misalnya sebagai berikut. Tapi jangan tentang lagi aku Nanti darahku jadi beku. …. Sudah tercacar semua di muka Nanah meleleh dari muka …. Bersuara tiap kau melangkah Mengerang tiap kau memandang Mengganggu dalam mimpiku Menghempas aku di bumi keras g. Versifikasi Versifikasi dalam puisi ini masih mengikuti pola puisi lama. Rima akhir setiap bait adalah sebagai berikut /ia-sa-ku-ku aabb. ta-ka-ka-ga aaaa, ah-ang-ang-ah abba, ku-as-as-ku abba, dan ia-sa-ku-ku aabb. Pola ini mengingatkan kita pada syair, pantun, dan puisi baru. Namun karena struktur lainnya tidak sama, maka puisi di atas bukan puisi lama tetapi merupakan puisi baru. Pola rima akhir pada bait kedua berubah menjadi /aaaa/ bukan /aabb/ begitu juga pada bait ketiga dan keempat berubah menjadi pola /abba/. Ritma puisi berupa ikatan yang mengikat bait dengan menggunakan keterangan kalimat. Pada bait pertama digunakan /baik,baik/, pada bait kedua digunakan /jangan lagi/, pada bait ketiga digunakan /bersuara tiap/, pada bait keempat digunakan /mengganggu/, pada bait terakhir digunakan /baik,baik/. Setiap bait puisi itu diikat dengan kata pengikat sehingga pada permulaan bait seakan muncul sebuah gelombang irama baru.

Fransori(2017) dalam jurnal yang berjudul “Analisis Stilistika Pada Puisi Kepada Peminta-minta Karya Chairil Anwar”. Penelitian tersebut bertujuan untuk mendeskripsikan bahasa dan pembentukan kata dengan aplikasi kajian stilistika pada puisi.
A. Makna Puisi “Kepada Peminta-Minta” Karya Chairil Anwar Baik, baik aku akan menghadap Dia Menyerahkan diri dan segala dosa Tapi jangan tentang lagi aku Nanti darahku jadi beku. “ Seorang tokoh aku yang merasa iba kepada si pengemis dan memberikan apa yang ia punya dengan terpaksa. Tokoh aku terganggu dan risih selalu dipandang terus-menerus oleh pengemis, sebenarnya tokoh aku tidak setuju dengan cara si pengemis mencari nafkah dan mengatakan jika si pengemis terus seperti ini ia tidak akan iba lagi”. Jangan lagi kau bercerita Sudah tercacar semua di muka Nanah meleleh dari luka Sambil berjalan kau usap juga. “ Tokoh aku yang tidak suka mendengar si pengemis meminta-minta sambil memasang wajah susah dan sengsara, bahkan walau keringat banyak bercucuran ia tetap meminta dengan nada yang kasihan sampai ada yang memberinya uang”. Bersuara tiap kau melangkah Mengeerang tiap kau memandang Menetes dari suasana kau dating Sembarang kau merebah. “ Dari sudut pandang tokoh aku ia melihat si pengemis selalu meminta belas kasihan di setiap lanngkahnya, mengiba disetiap pandangannya, dan menangis setiap saat dan dia selalu tidur dimanapun dia berada”. Mengganggu dalam mimpiku Menghempas aku di bumi keras Di bibirku terasa pedas Mengaum di telingaku. “ Tokoh aku selalu kepikiran dengan sikap si pengemis, Membuatnya berpikir tentang kehidupan yang begitu sulit dan rumit, namun ia ingin mengatakan sesuatu yang selalu menjanggal dipikirannya kepada si pengemis agar mencari nafkah yang lebih baik dari pada meminta-minta”. Baik, baik aku akan menghadap Dia Menyerahkan diri dari segala dosa Tapi jangan tentang lagi aku Nanti darahku jadi beku. “ Seorang tokoh aku yang merasa iba kepada si pengemis dan memberikan apa yang ia punya dengan terpaksa. Tokoh aku terganggu dan risih selalu dipandang terus-menerus oleh pengemis, sebenarnya tokoh aku tidak setuju dengan cara si pengemis mencari nafkah dan mengatakan jika si pengemis terus seperti ini ia tidak akan iba lagi”. B. Unsur Intrinsik Puisi “Kepada Peminta-minta”Unsur intrinsik puisi adalah unsur-unsur yang berasal dari dalam naskah puisi tersebut. Adapun unsur-unsur intrinsic puisi yang berjudul “Kepada Peminta-minta” meliputi Tema Tema merupakan gagasan pokok yang dikemukakan oleh penyair. Pokok pikiran itu begitu kuat mendesak dalam jiwa penyair, sehingga menjadi landasan utama pengucapannya. Tema puisi yang berjudul ”Kepada Peminta-minta” adalah keperihatinan dan ketidak setujuan. Disini tokoh aku tidak suka melihat pengemis mencari nafkah dengan cara meminta-minta, walaupun kehidupan sangat rumit namun tokoh aku berharap pengemis mencari nafkah dengan cara yang lebih baik. Tipografi Tipografi disebut juga ukiran bentuk puisi. Tipografi adalah tatanan larik, bait, dan baris. No Bentuk Puisi Kepada Peminta-minta 1 Bait Terdapat 5 bait 2 Baris Tiap bait terdiri dari 4 baris Perasaan Perasaan dalam menciptakan puisi, suasana perasaan penyair ikut diekspresikan dan harus dapat dihayati oleh pembaca. Untuk mengungkapkan tema yang sama, penyair yang satu dengan perasaan yang berbeda dari penyair lainnya. Perasaan yang terdapat dalam “Kepada Peminta-minta” mampu mengungkapkan isi hati penyair yang begitu menginginkan pengemis untuk tidak lagi meminta-minta dan mencari pekerjaan yang lebih baik. Penggunaan kata-katanya sederhana namun dapat membangkitkan perasaan pembaca yang ingin melihat perubahan terhadap cara untuk mencari nafkah. Dalam kalimat Mengganggu dalam mimpiku Menghempas aku di bumi keras Di bibirku terasa pedas Mengaum di telingaku. Penyair mengungkapkan perasaan yang ingin diutarakan kepada pengemis dimana Tokoh aku selalu kepikiran dengan sikap si pengemis, Membuatnya berpikir tentang kehidupan yang begitu sulit dan rumit, namun ia ingin mengatakan sesuatu yang selalu menjanggal dipikirannya kepada si pengemis agar mencari nafkah yang lebih baik dari pada meminta. Nada dan Suasana Nada berkaitan erat dengan suasana. Nada bahagia yang diciptakan penyair dapat menimbulkan perasaan senang pada pembaca setelah membaca puisi. Nada religius menimbulkan suasana khusyuk pada pembaca. Nada kritik menimbulkan suasana pemberontakan pada hati pembaca. Begitulah sangat eratnya hubungan nada dan suasana. Puisi “Kepada Peminta-minta” bernada terpaksa seperti yang ditunjukkan oleh kalimat Baik, baik aku akan menghadap Dia Menyerahkan diri dan segala dosa Tapi jangan tentang lagi aku Nanti darahku jadi beku. “ Seorang tokoh aku yang merasa iba kepada si pengemis dan memberikan apa yang ia punya dengan terpaksa. Tokoh aku terganggu dan risih selalu dipandang terus-menerus oleh pengemis, sebenarnya tokoh aku tidak setuju dengan cara si pengemis mencari nafkah dan mengatakan jika si pengemis terus seperti ini ia tidak akan iba lagi”.Suasana yang timbul akibat nada yang disodorkan penyair tersebut membuat pembaca setuju bahwa dalam mencari nafkah tidak seharusnya dengan cara meminta-minta selama kita masih mampu untuk berusaha. Diksi Persoalan pemilihan kata merupakan masalah yang sungguh-sungguh esensial untuk melukiskan dengan sejelas-jelasnya wujud dan perincian materi. Diksi sendiri berarti pemilihan kata, yaitu pemilihan kata yang digunakan penyair untuk mencari kata yang tepat dan sesuai dengan bentuk puisi dan tema yang dikandungnya, sehingga menghasilkan jiwa penyair secara tepat, setidak-tidaknya mendekati yang dipergunakan dunia persajakan di samping memiliki arti denotatif dapat pula memiliki arti konotatif. Berikut perbandingan pemakaian kata-kata konotatif dalam puisi ” Kepada Peminta-minta” tersebut Bait Kepada Peminta-minta 1 Menyerahkan diri dan segala dosa baris 2 2 Nanti darahku menjadi beku baris 4 3 Nanah meleleh dari muka baris 1 4 Mengerang tiap kau memandang baris 2 5 Menghempas diri di bumi keras baris 2 6 Menyerahkan diri dan segala dosa baris 2 7 Nanti darahku menjadi beku baris 4 Citraan Citraan atau imagi imageri adalah gambaran angan yang timbul setelah seseorang membaca karya sastra dalam hal ini puisi. Imageri dapat kita pakai sebagai hal untuk memperkuat serta memperjelas daya bayang pikiran manusia dan nantinya akan menjelmakan gambaran nyata. Citraan yang terdapat dalam puisi “Kepada Peminta-minta” meliputi citraan penglihatan, citraan pendengaran, dan citraan gerak. Berikut ini citraan yang terdapat pada puisi tersebut Citraan Kepada Peminta-minta Penglihatan Nanti darahku jadi beku bait 1 & 5, baris 4 Telah tercacar semua di muka bait 2, baris 2 Nanah meleleh dari muka bait 2, baris 3 Sembarang kau merebah bait 3, baris 4 Pendengaran Bersuara tiap kau memandang bait 3, baris 1 Mengaum di telingaku bait 4, baris 4 Gerak Sambil berjalan kau usap jua bait 2, baris 4 Gaya bahasa Bahasa FiguratifDalam puisi Kepada Peminta-minta karya Chairil Anwar terdapat bahasa figuratif yang muncul yaitu pada baris ke 4 dan 21. Merupakan majas hiperbola yang bersifat berlebih-lebihan. Muncul majas hiperbola dari kata nanti darahku jadi beku. Selain itu pula muncul majas repetisi pada baris 1 dan 18. Terjadi pengulangan pada kata baik, dalam konteksnya yaitu baik, baik aku akan menghadap Dia. Verifikasi Verifikasi adalah berupa rima persamaan bunyi pada puisi, di awal, di tengah, dan di akhir; ritma tinggi-rendah, panjang-pendek, keras-lemahnya bunyi. Vertifikasi yang terdapat dalam puisi ”Kepada Peminta-minta” adalah bait pertama dan bait kelima. Majas Majas adalah cara penyair menjelaskan pikirannya melalui gaya bahasa yang indah dalam bentuk puisi. Gaya bahasa yang terdapat dalam puisi “Kepada Peminta-minta” adalah hiperbola. Berikut ini gaya bahasa hiperbola yang terdapat dalam puisi tersebut Gaya Bahasa Kepada Peminta-minta Hiperbola Nanti darahku jadi beku bait 1 dan 5, baris 4 Nanah meleleh dari muka bait 2, baris 3 Menghempas diri di bumi keras bait 4, baris 2 Mengaum di telingaku bait 4 baris 4 Amanat Amanat atau pesan adalah sesuatu yang ingin disampaikan penyair melalui karyanya. Amanat puisi “Kepada Peminta-minta” adalah ajakan penyair kepada pembaca agar tetap berusaha dalam mencari nafkah untuk dirinya sendiri serta keluarganya dan mencari pekerjaan yang lebih baik. C. Unsur Ekstrinsik Puisi “Kepada Peminta-minta” Biografi Pengarang Unsur biografi adalah latar belakang atau riwayat hidup Anwar dijuluki sebagai "Si Binatang Jalang" dari karyanya yang berjudul Aku, adalah penyair terkemuka Indonesia. Ia diperkirakan telah menulis 96 karya, termasuk 70 puisi. Bersama Asrul Sani dan Rivai Apin, ia dinobatkan oleh Jassin sebagai pelopor Angkatan '45 sekaligus puisi modern Indonesia. Chairil lahir dan dibesarkan di Medan, sebelum pindah ke Batavia sekarang Jakarta dengan ibunya pada tahun 1940, dimana ia mulai menggeluti dunia sastra. Setelah mempublikasikan puisi pertamanya pada tahun 1942, Chairil terus menulis. Pusinya menyangkut berbagai tema, mulai dari pemberontakan, kematian, individualisme, dan eksistensialisme, hingga tak jarang Anwar dibesarkan dalam keluarga yang kurang harmonis. Orang tuanya bercerai, dan ayahnya menikah lagi. Ia merupakan anak satu-satunya dari pasangan Toeloes dan Saleha, keduanya berasal dari kabupaten Lima Puluh Kota, Sumatera Barat. Jabatan terakhir ayahnya adalah sebagai bupati Inderagiri, Riau. Ia masih punya pertalian keluarga dengan Sutan Sjahrir, Perdana Menteri pertama Indonesia. Sebagai anak tunggal, orang tuanya selalu memanjakannya. Namun, Chairil cenderung bersikap keras kepala dan tidak ingin kehilangan apa pun; sedikit cerminan dari kepribadian orang tuanya. Chairil Anwar mulai mengenyam pendidikan di Hollandsch-Inlandsche School HIS, sekolah dasar untuk orang-orang pribumi pada masa penjajahan Belanda. Ia kemudian meneruskan pendidikannya di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs MULO. Saat usianya mencapai 18 tahun, ia tidak lagi bersekolah. Chairil mengatakan bahwa sejak usia 15 tahun, ia telah bertekad menjadi seorang seniman. Pada usia 19 tahun, setelah perceraian orang tuanya, Chairil bersama ibunya pindah ke Batavia sekarang Jakarta dimana ia berkenalan dengan dunia sastra; walau telah bercerai, ayahnya tetap menafkahinya dan ibunya. Meskipun tidak dapat menyelesaikan sekolahnya, ia dapat menguasai berbagai bahasa asing seperti Inggris, Belanda, dan Jerman. Chairil Anwar juga mengisi jam-jamnya dengan membaca karya-karya pengarang internasional ternama, seperti Rainer Maria Rilke, Auden, Archibald MacLeish, Hendrik Marsman, dan Edgar du Perron. Penulis-penulis tersebut sangat memengaruhi tulisannya dan secara tidak langsung terhadap tatanan kesusasteraan Indonesia. Semasa kecil di Medan, Chairil Anwar sangat dekat dengan neneknya. Keakraban ini begitu memberi kesan kepada hidup Chairil Anwar. Dalam hidupnya yang amat jarang berduka, salah satu kepedihan terhebat adalah saat neneknya meninggal dunia. Chairil melukiskan kedukaan itu dalam sajak yang luar biasa pedihBukan kematian benar yang menusuk kalbu/ Keridlaanmu menerima segala tiba/ Tak kutahu setinggi itu atas debu/ Dan duka maha tuan bertahta Sesudah nenek, ibu adalah wanita kedua yang paling Chairil puja. Dia bahkan terbiasa membilang nama ayahnya, Tulus, di depan sang Ibu, sebagai tanda menyebelahi nasib si ibu. Dan di depan ibunya, Chairil acapkali kehilangan sisinya yang liar. Beberapa puisi Chairil juga menunjukkan kecintaannya pada ibunya. Sejak kecil, semangat Chairil terkenal kedegilannya. Seorang teman dekatnya Sjamsul Ridwan, pernah membuat suatu tulisan tentang kehidupan Chairil Anwar ketika semasa kecil. Menurut dia, salah satu sifat Chairil pada masa kanak-kanaknya ialah pantang dikalahkan, baik pantang kalah dalam suatu persaingan, maupun dalam mendapatkan keinginan hatinya. Keinginan dan hasrat untuk mendapatkan itulah yang menyebabkan jiwanya selalu meluap-luap, menyala-nyala, boleh dikatakan tidak pernah diam. Rakannya, Jassin pun punya kenangan tentang ini. “Kami pernah bermain bulu tangkis bersama, dan dia kalah. Tapi dia tak mengakui kekalahannya, dan mengajak bertanding terus. Akhirnya saya kalah. Semua itu kerana kami bertanding di depan para gadis.”Wanita adalah dunia Chairil sesudah buku. Tercatat nama Ida, Sri Ayati, Gadis Rasyid, Mirat, dan Roosmeini sebagai gadis yang dikejar-kejar Chairil. Dan semua nama gadis itu bahkan masuk ke dalam puisi-puisi Chairil. Namun, kepada gadis Karawang, Hapsah, Chairil telah menikahinya. Pernikahan itu tak berumur panjang. Disebabkan kesulitan ekonomi, dan gaya hidup Chairil yang tak berubah, Hapsah meminta pisah. Saat anaknya berumur 7 bulan, Chairil pun menjadi duda. Tak lama setelah itu, pukul WIB, 28 April 1949, Chairil meninggal dunia. Ada beberapa versi tentang sakitnya. Tapi yang pasti, TBC kronis dan Chairil memang pendek, 27 tahun. Tapi kependekan itu meninggalkan banyak hal bagi perkembangan kesusasteraan Indonesia. Malah dia menjadi contoh terbaik, untuk sikap yang tidak bersungguh-sungguh di dalam menggeluti kesenian. Sikap inilah yang membuat anaknya, Evawani Chairil Anwar, seorang notaris di Bekasi, harus meminta maaf, saat mengenang kematian ayahnya, di tahun 1999, “Saya minta maaf, karena kini saya hidup di suatu dunia yang bertentangan dengan dunia Chairil Anwar.” Unsur nilai dalam cerita meliputi nilai ekonomi, politik, sosial, adat-istiadat, budaya, dan lain-lain. Nilai ekonomi adalah kita harus berusaha mencari nafkah dan pekerjaan yang lebih baik, buktinya tokoh aku menginginkan si pengemis mencari nafkah dengan cara yang lebih baik, sehingga si pengemis bisa mendapatkan pekerjaan yang jauh lebih baik daripada meminta-minta. Nilai sosial adalah kita sesama manusia harus saling membantu dan tolong menolong. Buktinya tokoh aku membantu si pengemis dengan cara memberikannya uang dan nasihat. Nilai politik adalah kita sebagai penerus bangsa harus menjadi orang yang memiliki kehidupan yang lebih baik untuk dirisendiri, Negara, dan bangsa. Buktinya tokoh aku ingin melihat Negara Indonesia menjadi maju dengan masyarakat yang terus berusaha mencari nafkah dengan pekerjaan yang lebih baik dan mengurangi tingkat populasi pengemis maupun gelandangan. Nilai agama adalah kita sebagai umat islam harus selalu berusaha dengan segenap kemampuan sebagaimana yang telah dianjurkan oleh Allah SWT. Butinya tokoh aku tidak suka melihat seorang pengemis yang meminta-minta, sedangkan dalam agama Allah SWT menganjurkan umatnya untuk berusaha selama ia bisa melakukannya. Nilai budaya adalah kita sebagai generasi penerus harus melestarikan kebiasaan yang baik dan menjauhi kebiasaan yang buruk. Buktinya melakukan si pengemis akan menjadikan pekerjaan meminta-minta sebagai kebiasaan sehingga ia malas untuk berusaha. Nilai pendidikan adalah kita sebagai penerus bangsa harus berusaha dalam belajar agar mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dan berkecukupan. Latar Belakang Puisi Pada puisi ”Kepada Peminta-minta” penyair menggambarkan bahwa ia merasa kecewa serta marah terhadap pengemis dan ia ingin si pengemis mencari nafkah dengan cara yang lebih baik, sehingga penyair menggambarkan perasaannya melalui puisi ini. SHARE TO »

Banyakistilah yang ditujukan kepada anak jalanan berdasarkan jenis pekerjaan yang dilakukannya seperti anak pasar, anak gelandangan, tekyan, arek kere, anak tukang semir, anak lampu merah, anak pengamen, peminta-minta, dan sebagainya. selanjutnya dilakukan proses menganalisis data dengan menggunakan teknik analisa data kualitatif.

Puisi Kepada Peminta-minta Karya Chairil Anwar Kepada Peminta-minta Baik, baik aku akan menghadap Dia Menyerahkan diri dan segala dosa Tapi jangan tentang lagi aku Nanti darahku jadi beku. Jangan lagi kau bercerita Sudah tercacar semua di muka Nanah meleleh dari muka Sambil berjalan kau usap juga. Bersuara tiap kau melangkah Mengerang tiap kau memandang Menetes dari suasana kau datang Sembarang kau merebah. Menghempas aku di bumi keras Di bibirku terasa pedas Mengaum di telingaku. Baik, baik aku akan menghadap Dia Menyerahkan diri dan segala dosa Tapi jangan tentang lagi aku Nanti darahku jadi beku. Juni, 1943Puisi Kepada Peminta-mintaKarya Chairil AnwarBiodata Chairil AnwarChairil Anwar lahir di Medan, pada tanggal 26 Juli Anwar meninggal dunia di Jakarta, pada tanggal 28 April 1949 pada usia 26 tahun.Chairil Anwar adalah salah satu Sastrawan Angkatan 45.
Bilaorang membaca puisi, maka yang terdengar adalah rangkaian bunyi yang teori tentang bekerjanya pemahaman dalam menafsirkan teks (Ricoerur dalm Ikhwan, dkk 2010 151) Menurut Wellek masing-masing norma dalam sebuah analisis puisi menimbulkan lapis norma di bawahnya yaitu : Lapis norma pertama adalah lapis bunyi
Uploaded byAlya Shafira Nur Rozaq Romadhoni 50% found this document useful 2 votes2K views4 pagesCopyright© © All Rights ReservedShare this documentDid you find this document useful?Is this content inappropriate?Report this Document50% found this document useful 2 votes2K views4 pagesAnalisis Unsur Intrinsik Puisi Kepada Peminta-MintaUploaded byAlya Shafira Nur Rozaq Romadhoni Full descriptionJump to Page You are on page 1of 4Search inside document You're Reading a Free Preview Page 3 is not shown in this preview. Buy the Full Version Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime.
aSyAv.
  • 4lxrzuht3e.pages.dev/385
  • 4lxrzuht3e.pages.dev/289
  • 4lxrzuht3e.pages.dev/105
  • 4lxrzuht3e.pages.dev/312
  • 4lxrzuht3e.pages.dev/41
  • 4lxrzuht3e.pages.dev/131
  • 4lxrzuht3e.pages.dev/322
  • 4lxrzuht3e.pages.dev/283
  • 4lxrzuht3e.pages.dev/147
  • analisis puisi kepada peminta minta